Suara.com - Bulu hidung mungkin terlihat sepele, namun sebuah pernyataan medis menyatakan bahwa bulu hidung menyaring udara yang kita hirup. Lalu bisakah bulu hidung melindungi dari virus, bakteri, dan patogen lainnya di udara?
Melansir dari India Express, bagian dalam dari sebagian besar rongga hidung normal adalah aseptik sempurna (steril). Di sisi lain, vestibulum nares (lubang hidung), vibrissae yang melapisinya, dan semua krusta yang terbentuk di sana umumnya dipenuhi bakteri.
Kedua fakta ini tampaknya menunjukkan bahwa vibrissae dari bulu hidung bertindak sebagai filter dan bahwa sejumlah besar mikroba berhenti di rambut yang lembap.
Pada tahun 2011 kepadatan rambut hidung dipelajari secara ketat sebagai kemungkinan korelasi penyakit. Dalam sebuah penelitian terhadap 233 pasien yang diterbitkan dalam International Archives of Allergy and Immunology, tim peneliti dari Turki menemukan bahwa orang dengan bulu hidung yang lebih lebat cenderung tidak menderita asma.
Para peneliti menghubungkan temuan ini dengan fungsi penyaringan rambut hidung. Namun meski pengamatan mereka menarik, tetapi itu adalah penelitian observasional yang tidak dapat membuktikan sebab dan akibat, dan asma bukanlah infeksi virus.
Para peneliti juga tidak melakukan studi lanjutan untuk menilai bagaimana memangkas bulu hidung dapat mempengaruhi risiko asma atau infeksi.
Butuh waktu hingga tahun 2015 bagi para dokter di Mayo Clinic untuk melakukan studi pertama untuk melihat efek pemangkasan bulu hidung. Para peneliti mengukur aliran udara hidung pada 30 pasien sebelum dan sesudah memotong bulu hidung mereka dan menemukan bahwa pemangkasan menyebabkan perbaikan dalam ukuran subjektif dan objektif aliran udara hidung.
Peningkatan terbesar terjadi pada mereka yang memiliki bulu hidung paling banyak. Hasilnya dipublikasikan di American Journal of Rhinology and Allergy.
Sekali lagi, kesimpulan yang menarik, tetapi apakah aliran udara hidung yang lebih baik berkorelasi dengan risiko infeksi yang lebih tinggi?
Baca Juga: Dokter Meninggal Akibat Covid-19 di Jatim Tertinggi di Indonesia, Jumlahnya Segini..
“Saya dapat mengetahui apakah mereka baru saja pulang kerja dengan debu putih yang terperangkap di bulu hidung mereka. Tapi itu adalah partikel yang lebih besar yang terjebak di bulu hidung," kata Dr. David Stoddard, penulis utama studi Mayo Clinic.
"Sementara virus jauh lebih kecil. Mereka sangat kecil sehingga mereka mungkin akan melewati hidung dengan cara apapun. Saya tidak berpikir mencukur bulu hidung seseorang akan meningkatkan risiko infeksi pernapasan,” imbuhnya.
Berdasarkan penelitian terbatas pada bulu hidung, tidak ada bukti bahwa memangkas atau mencukur bulu hidung meningkatkan risiko infeksi saluran pernapasan. Begitupun dengan bulu yang lebat juga tak berpengaruh pada infeksi.
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
Pilihan
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
-
Proyek Ponpes Al Khoziny dari Tahun 2015-2024 Terekam, Tiang Penyangga Terlalu Kecil?
Terkini
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif
-
Fenomena Banyak Pasien Kanker Berobat ke Luar Negeri Lalu Lanjut Terapi di Indonesia, Apa Sebabnya?
-
Anak Percaya Diri, Sukses di Masa Depan! Ini yang Wajib Orang Tua Lakukan!
-
Produk Susu Lokal Tembus Pasar ASEAN, Perkuat Gizi Anak Asia Tenggara
-
Miris! Ahli Kanker Cerita Dokter Layani 70 Pasien BPJS per Hari, Konsultasi Jadi Sebentar
-
Silent Killer Mengintai: 1 dari 3 Orang Indonesia Terancam Kolesterol Tinggi!