Suara.com - Selain alami gangguan pernapasan, beberapa pasien Covid-19 juga bisa alami gejala sakit kepala. Secara umum, sakit kepala akubat Covid-19 hampir serupa dengan sakit kepala biasa.
Dokter spesialis syaraf dr. Alvin Rahmawati, Sp.S., mengatakan, sebenarnya belum ada penelitian yang membuktikan perbedaan sakit kepala biasa dengan yang disebabkan karena infeksi Covid-19. Namun, untuk memastikan sakit kepala disebabkan karena infeksi Covid-19, biasanya harus diikuti dengan gejala lain.
"Nyeri kepala terkait covid tidak pernah punya satu gejala saja. Tetapi biasanya disertai dengan gejala infeksi corona lain. Misalnya ada demam dan batuk, ada sesak napas, dan yang paling sering nyeri kepala ini disertai dengan anosmia. Ini biasanya bisa dibilang nyeri kepala itu terkait dengan covid," kata dokter Alvin dalam siaran langsung radio kesehatan Kementerian Kesehatan, Jumat (6/8/2021).
Pada beberapa kasus, sakit kepala akibat Covid-19 juga berlangsung lebih lama dan tidak terlalu mempan dengan obat paracetamol pereda nyeri biasa. Dokter Alvin menambahkan, beberapa pasien bahkan mengeluhkan sakit kepala tetap terasa meski telah sembuh dari infeksi.
"Akan menetap selama dua minggu, ini yang disebut dengan gejala long covid. Tidak terlalu bagus dengan obat anti nyeri, tidak hilang hanya sedikit berkurang. Dan umumnya dirasakan di hampir seluruh bagian kepala," paparnya.
Meski begitu, gejala sakit kepala pada setiap pasien Covid-19 sangat beragam. Tergantung dari kondisi juga tingkat derajat gejala pada setiap pasien.
Dokter Alvin menyarankan, masyarakat harus lebih waspada jika mengalami sakit kepala lebih dari 32 jam. Terutama jika diikuti pula dengan gejala lain khas Covid-19. Seperti demam, sesak napas, dan anosmia atau hilang indera penciuman dan pengecap.
"Sejak pandemi ini, kasus nyeri kepala meningkat 5 kali lipat. Jadi kita harus waspada nyeri kepala yang kita derita apakah nyeri kepala biasa ataukah nyeri kepala disertai Covid-19 atau nyeri kepala karena infeksi lainnya. Kalau nyeri kepala yang disertai Covid-19 merupakan salah satu tanda komplikasi dari virus corona ke otak. Jadi kita harus waspada," jelasnya.
Baca Juga: 6 Kabupaten dan Kota Jatim Ini Masuk Peringkat Tertinggi Nasional Kasus Kematian Covid-19
Berita Terkait
Terpopuler
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 September: Klaim Pemain 108-112 dan Hujan Gems
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Thom Haye Akui Kesusahan Adaptasi di Persib Bandung, Kenapa?
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
- Saham DADA Terbang 2.000 Persen, Analis Beberkan Proyeksi Harga
Pilihan
-
Profil Agus Suparmanto: Ketum PPP versi Aklamasi, Punya Kekayaan Rp 1,65 Triliun
-
Harga Emas Pegadaian Naik Beruntun: Hari Ini 1 Gram Emas Nyaris Rp 2,3 Juta
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
Terkini
-
Golden Period Jadi Kunci, RS Ini Siapkan Layanan Cepat Tangani Stroke
-
Nada Tarina Pamer Bekas Jahitan Operasi, Kenapa Skoliosis Lebih Rentan pada Wanita?
-
Apa Itu Tylenol: Obat yang Diklaim Donald Trump Bisa Bikin Autis
-
Mengenal Osteosarcoma, Kanker Tulang Ganas yang Mengancam Nyawa Anak dan Remaja
-
Viral Guyonan Lelaki Manja saat Sakit, Dokter Saraf Bongkar Fakta Toleransi Nyeri
-
Bukan Cuma Pekerja, Ternyata Orang Tua juga Bisa Burnout karena Masalah Membesarkan Anak
-
Benarkah Diet Keto Berisiko untuk Kesehatan? Ini Jawaban Ahli
-
Tren Mengkhawatirkan! Mengapa Kasus Kanker pada Anak Muda Meningkat?
-
Gaya Hidup Higienis: Kebiasaan Kecil yang Berdampak Besar bagi Tubuh
-
Mengenal Penyakit Lyme yang Diderita Bella Hadid: Bagaimana Perawatannya?