Suara.com - Vaksin Covid-19 produksi Moderna diklaim lebih efektif dalam menangkal virus corona varian Delta dibanding vaksin mRNA dari Pfizer-BioNTech.
Klaim tersebut berdasarkan hasil dua laporan yang diposting di medRxiv, sebuah situs Internet yang mendistribusikan eprint yang belum diterbitkan tentang ilmu kesehatan.
Dalam sebuah penelitian terhadap lebih dari 50.000 pasien di Mayo Clinic Health System, para peneliti menemukan efektivitas vaksin Moderna terhadap infeksi turun menjadi 76 persen setelah sekitar tujuh bulan.
Selama periode yang sama, efektivitas vaksin Pfizer-BioNTech turun menjadi 42 persen, kata para peneliti. Sementara kedua vaksin tetap efektif untuk mencegah rawat inap akibat Covid-19.
Selain itu, suntikan booster Moderna mungkin diperlukan segera oleh orang yang mendapatkan vaksin Pfizer atau Moderna, kata Dr. Venky Soundararajan dari referensi perusahaan analisis data Massachusetts, yang memimpin studi Mayo.
Dalam studi terpisah, penghuni panti jompo lansia di Ontario yang disuntik vaksin Moderna menghasilkan respons kekebalan yang lebih kuat, terutama terhadap varian yang mengkhawatirkan.
"Orangtua mungkin memerlukan dosis vaksin yang lebih tinggi, booster, dan tindakan pencegahan lainnya," kata Anne-Claude Gingras dari Lunenfeld-Tanenbaum Research Institute di Toronto, yang memimpin penelitian di Kanada, dikutip dari Asia One.
Data terbaru dari penelitian juga menunjukan bahwa risiko terinfeksi Covid-19 jadi lebih tinggi pascalima bulan atau lebih disuntik vaksin dosis kedua Pfizer-BioNTech.
Para peneliti mempelajari hampir 34.000 orang dewasa yang divaksinasi lengkap di Israel yang diuji untuk melihat apakah mereka masih terinfeksi Covid-19.
Baca Juga: Warga Disuntik Vaksin Kosong di Jakut, Wagub DKI: Itu Bukan Program Pemprov
Secara keseluruhan, 1,8 persen dinyatakan positif. Pada segala usia, kemungkinan tes positif lebih tinggi ketika dosis vaksin terakhir diterima setidaknya 146 hari sebelumnya.
Di antara pasien yang berusia lebih dari 60 tahun, kemungkinan tes positif hampir tiga kali lebih tinggi pasca 146 hari vaksinasi dosis kedua.
Meski masih terinfeksi, peneliti menekankan hanya sedikit di antara orang yang sudah divaksinasi memerlukan rawat inap saat positif Covid-19.
"Sangat sedikit pasien yang memerlukan rawat inap, dan terlalu dini untuk menilai tingkat keparahan infeksi baru ini dalam hal masuk rumah sakit, kebutuhan ventilasi mekanis atau kematian. Kami berencana untuk melanjutkan penelitian kami," kata rekan penulis Dr. Eugene Merzon dari Layanan Kesehatan Leumit di Israel.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
-
Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
-
Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
-
Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
-
Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
Terkini
-
Indonesia di Ambang Krisis Dengue: Bisakah Zero Kematian Tercapai di 2030?
-
Sakit dan Trauma Akibat Infus Gagal? USG Jadi Solusi Aman Akses Pembuluh Darah!
-
Dokter Ungkap Fakta Mengejutkan soal Infertilitas Pria dan Solusinya
-
Mitos atau Fakta: Biopsi Bisa Bikin Kanker Payudara Menyebar? Ini Kata Ahli
-
Stroke Mengintai, Kenali FAST yang Bisa Selamatkan Nyawa dalam 4,5 Jam!
-
Dari Laboratorium ITB, Lahir Teknologi Inovatif untuk Menjaga Kelembapan dan Kesehatan Kulit Bayi
-
Manfaatkan Musik dan Lagu, Enervon Gold Bantu Penyintas Stroke Temukan Cara Baru Berkomunikasi
-
Gerakan Peduli Kanker Payudara, YKPI Ajak Perempuan Cintai Diri Lewat Hidup Sehat
-
Krisis Iklim Kian Mengancam Kesehatan Dunia: Ribuan Nyawa Melayang, Triliunan Dolar Hilang
-
Pertama di Indonesia: Terobosan Berbasis AI untuk Tingkatkan Akurasi Diagnosis Kanker Payudara