Suara.com - Organisasi Kesehatan Dunia WHO mengingatkan, jangan ada upaya politik dalam investigasi asal usul virus corona penyebab sakit Covid-19 di Wuhan, China.
Kepala ilmuwan WHO Dr Soumya Swaminathan menyerukan, selalu utamakan upaya ilmiah global berbasis bukti untuk memahami Covid-19 dan mencari langkah yang diperlukan untuk mencegah pandemi di masa depan.
“Saya pikir, politik sama sekali tidak memiliki tempat. Karena ilmu di balik ini akan menjadi penting bagi kita semua, terlepas dari negara mana kita tinggal,” kata Dr Swaminathan dalam wawancara khusus dengan Channel News Asia, Senin (23/8/2021).
Komentarnya muncul setelah pakar WHO Peter Ben Embarek, yang memimpin misi internasional ke China pada Februari lalu, mengatakan bahwa peneliti China telah menekan timnya untuk tidak mengaitkan asal mula pandemi dengan laboratorium penelitian di Wuhan.
Dr Swaminathan mengakui bahwa teori kebocoran laboratorium yang tidak disengaja itu harus diselidiki dengan cermat.
“Kita tahu bahwa kecelakaan terjadi di laboratorium. Mereka pernah terjadi di masa lalu. Itu bisa saja terjadi lagi," ucapnya.
Ia menyatakan bahwa WHO lebih menduga adanya kebocoran laboratorium yang tidak disengaja selama proses normal mempelajari penyakit menular, daripada mencurigai virus corona itu sengaja dibuat.
"Saya tidak berpikir ada bukti sama sekali dari teori konspirasi ini bahwa ini adalah virus yang dibuat khusus yang kemudian dilepaskan pada orang-orang," katanya.
Awal Agustus, WHO telah mendesak China untuk membagikan data utama dari kasus Covid-19 pertama, tetapi Beijing menolak, menegaskan bahwa seruan itu dimotivasi oleh unsur politik bukan sains.
Baca Juga: Situasi Pandemi COVID-19, OLX Ungkapkan Optimisme Penjualan Mobil Bekas
Ketika ditanya apakah pihak berwenang dan peneliti China harus mengungkapkan lebih banyak informasi, Dr Swaminathan mengatakan, kepentingan politik harus disingkirkan sepenuhnya dari dalam penelusuran asal usul Covid-19. Agar nantinya membiarkan para ilmuwan melanjutkan pekerjaannya.
“Kami membutuhkan datanya. Kami membutuhkan lebih banyak penelitian yang harus dilakukan," katanya.
Ia menambahkan, ilmuwan China telah melakukan cukup banyak pekerjaan latar belakang tetapi perlu ada penelitian ekstensif untuk mengetahui apakah ada bukti virus corona baru yang beredar baik pada manusia atau di hewan bahkan sebelum kasus pertama yang dilaporkan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Serum Vitamin C yang Bisa Hilangkan Flek Hitam, Cocok untuk Usia 40 Tahun
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- 5 Mobil Diesel Bekas Mulai 50 Jutaan Selain Isuzu Panther, Keren dan Tangguh!
- Harta Kekayaan Abdul Wahid, Gubernur Riau yang Ikut Ditangkap KPK
- 5 Mobil Eropa Bekas Mulai 50 Jutaan, Warisan Mewah dan Berkelas
Pilihan
-
Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
-
Korban PHK Masih Sumbang Ratusan Ribu Pengangguran! Industri Pengolahan Paling Parah
-
Cuma Mampu Kurangi Pengangguran 4.000 Orang, BPS Rilis Data yang Bikin Kening Prabowo Berkerut
-
Rugi Triliunan! Emiten Grup Djarum, Blibli PHK 270 Karyawan
-
Angka Pengangguran Indonesia Tembus 7,46 Juta, Cuma Turun 4.000 Orang Setahun!
Terkini
-
Jangan Tunggu Dewasa, Ajak Anak Pahami Aturan Lalu Lintas Sejak Sekarang!
-
Menjaga Kemurnian Air di Rumah, Kunci Hidup Sehat yang Sering Terlupa
-
Timbangan Bukan Segalanya: Rahasia di Balik Tubuh Bugar Tanpa Obsesi Angka
-
Terobosan Baru Atasi Kebutaan: Obat Faricimab Kurangi Suntikan Mata Hingga 75%!
-
5 Pilihan Obat Batu Ginjal Berbahan Herbal, Aman untuk Kesehatan Ginjal dan Ampuh
-
Catat Prestasi, Tiga Tahun Beruntun REJURAN Indonesia Jadi Top Global Distributor
-
Mengenal UKA, Solusi Canggih Atasi Nyeri Lutut dengan Luka Minimal
-
Indonesia di Ambang Krisis Dengue: Bisakah Zero Kematian Tercapai di 2030?
-
Sakit dan Trauma Akibat Infus Gagal? USG Jadi Solusi Aman Akses Pembuluh Darah!
-
Dokter Ungkap Fakta Mengejutkan soal Infertilitas Pria dan Solusinya