Suara.com - Rasanya, hampir setiap orang pernah melakukan self diagnose, yaitu mendiagnosis penyakit yang sedang dialami berdasarkan pencarian informasi secara mandiri. Paling sering, bertanya ke Google.
Meski amatlah wajar mencari informasi di internet, tapi kamu tetap perlu berhati-hati. Pasalnya, tidak semua jawaban yang kamu temukan di internet itu benar dan akurat.
Misalnya saja, ketika kamu merasa pusing dan tidak enak badan, lalu memutuskan mencari tahu gejala penyakit yang kamu alami di Google, akan muncul bermacam jawaban di sana. Tapi, yang kamu percaya satu: Kanker!
Setelah googling, kamu merasa yakin sedang menderita kanker. Padahal, kamu belum pernah memeriksakan penyakitmu ke dokter sama sekali.
Tak hanya mengecek gejala penyakit fisik, self diagnose juga kerap dilakukan untuk memeriksa kesehatan mental.
Prita Yulia Maharani, M.Psi., Psikolog, tim konselor dari aplikasi konseling Riliv mengatakan, "Banyak orang yang mencari tahu gejala kesehatan mental di internet, lalu percaya mentah-mentah bahwa mereka sedang mengalaminya. Padahal, apa yang ada di internet belum tentu sesuai dengan mereka."
Prita menambahkan bahwa sebenarnya kegiatan mencari tahu gejala kesehatan mental di internet tidak selalu salah. Tapi, jangan lupa cross-check. Caranya, bisa dengan mendatangi psikolog atau psikiater profesional untuk mencari tahu lebih lanjut masalah kesehatan mental yang sedang dialami. Dari situ, kamu bisa menentukan langkah yang akan diambil selanjutnya.
Nah, self-diagnose terkait kesehatan mental memiliki beberapa bahaya yang mungkin tidak disadari. Tidak percaya? Simak artikel ini untuk mengetahui alasan mengapa kamu sebaiknya tidak melakukan self-diagnose:
1. Self diagnose hanya membuat kamu panik
Pada dasarnya manusia memiliki naluri untuk cenderung memikirkan kemungkinan terburuk yang bisa menimpanya. Itulah mengapa lebih mudah bagimu untuk mengasumsikan hal-hal buruk ketika melakukan self-diagnose.
Baca Juga: 6 Cara Menjaga Kesehatan Mental Saat Terpapar Covid-19
Pada akhirnya, self-diagnose hanya akan membuatmu mengalami kepanikan yang tidak seharusnya terjadi. Kalau saja kamu lebih memilih berkonsultasi ke psikolog, kamu tidak akan merasa panik. Sebab psikolog profesional bisa menjelaskan kondisimu dengan baik tanpa menimbulkan kepanikan dan kecemasan.
2. Self diagnose membuat penyakit atau gangguan sebenarnya terabaikan
Gara-gara melakukan self diagnose, kamu yakin sedang mengalami anxiety disorder. Padahal, sebenarnya kamu mengalami depresi mayor. Bisa jadi pula kebalikannya atau bahkan bukan keduanya.
Gara-gara tidak tahu apa sebenarnya penyakit atau gangguan kesehatan mental yang sedang kamu alami, kamu jadi tidak bisa mendapatkan penanganan yang tepat atas masalah kesehatanmu yang sebenrnya.
3. Self diagnose bisa memperparah kondisi kesehatan mentalmu
Salah satu risiko dari melakukan self diagnose adalah kamu justru dapat memperparah kondisi kesehatan mentalmu. Ini bisa terjadi karena kamu terlalu panik dan stres, tidak mengobati masalah kesehatan mental yang sedang kamu alami, atau bahkan mendapatkan pengobatan yang salah.
Setiap masalah kesehatan mental memiliki penanganan tersendiri. Ada yang bisa diatasi dengan terapi, ada pula yang membutuhkan obat-obatan tertentu. Kelemahan dari self diagnose adalah kamu tidak benar-benar tahu penanganan yang tepat untuk masalah kesehatan mentalmu. Bisa jadi kamu salah langkah dengan menggunakan produk yang memiliki efek samping negatif. Bahaya, bukan?
4. Self diagnose bisa membuatmu menyangkal masalah kesehatan mental yang sedang dialami
Biasanya, seseorang akan menyimpulkan hal terburuk saat melakukan self diagnose. Tetapi, ternyata hal kebalikannya juga berlaku. Tak jarang ada orang yang memilih untuk menyangkal gangguan kesehatan mental yang sedang dialami.
Berita Terkait
Terpopuler
- Berapa Tarif Hotman Paris yang Jadi Pengacara Nadiem Makarim?
- Upgrade Karyamu! Trik Cepat Bikin Plat Nama 3D Realistis di Foto Miniatur AI
- Jangan Ketinggalan Tren! Begini Cara Cepat Ubah Foto Jadi Miniatur AI yang Lagi Viral
- Pelatih Irak Soroti Kerugian Timnas Indonesia Jelang Kualifikasi Piala Dunia 2026
- 6 Cara Buat Foto Miniatur Motor dan Mobil Ala BANDAI dengan AI yang Viral di Medsos!
Pilihan
-
Otak di Balik 17+8 Tuntutan Rakyat: Siapa Sebenarnya Afutami yang Viral di Medsos?
-
Menpan-RB Kode CPNS 2025 Kembali Dibuka, Ini Cara Daftar dan Syaratnya
-
Dulu Raja Rokok Hingga Saham, Kini Gudang Garam Berada di Tepi Jurang
-
Burden Sharing Kemenkeu-BI Demi Biayai Program Prabowo
-
Skandal Domino Menteri Kehutanan: Beneran Nggak Kenal atau Tanda Hilangnya Integritas?
Terkini
-
Surfing Jadi Jalan Perempuan Temukan Keberanian dan Healing di Laut
-
Bayi Rewel Bikin Stres? Rahasia Tidur Nyenyak dengan Aromaterapi Lavender dan Chamomile!
-
Varises Esofagus Bisa Picu BAB dan Muntah Darah Hitam, Ini Penjelasan Dokter Bedah
-
Revolusi Kesehatan Dimulai: Indonesia Jadi Pusat Inovasi Digital di Asia!
-
HPV Masih Jadi Ancaman, Kini Ada Vaksin Generasi Baru dengan Perlindungan Lebih Luas
-
Resistensi Antimikroba Ancam Pasien, Penggunaan Antibiotik Harus Lebih Cerdas
-
Ini Alasan Kenapa Donor Darah Tetap Relevan di Era Modern
-
Dari Kegelapan Menuju Cahaya: Bagaimana Operasi Katarak Gratis Mengubah Hidup Pasien
-
Jangan Sepelekan, Mulut Terbuka Saat Tidur pada Anak Bisa Jadi Tanda Masalah Kesehatan Serius!
-
Obat Sakit Gigi Pakai Getah Daun Jarak, Mitos atau Fakta?