Suara.com - Anak Anda mungkin pernah terinfeksi cacing benang atau threadworms yang juga dikenal dengan sebutan cacing kremi. Cacing benang atau cacing kremi ini memang paling sering terjadi pada anak-anak, daripada orang dewasa.
Cacing kremi atau cacing benang adalah cacing berukuran kecil, tipis, dan putih seperti benang yang panjangnya antara 2 hingga 13 mm. Cacing kremi ini menginfeksi usus manusia.
Cacing kremi atau cacing benang ini biasanya keluar dari kotoran anak. Dr Philippa Kaye dilansir dari The Sun, mengatakan cacing kremi sangat umum terjadi pada anak-anak dan mudah menular pada anak-anak, karena mereka seringkali tidak memperhatikan pentingnya cuci tangan.
Pada malam hari, cacing kremi betina akan bertelur di sekitar anus. Lalu, cacing ini akan mengiritasi kulit dan menyebabkan bokong anak Anda terasa gatal di malam hari.
"Saat anak menggaruk bokong, telur akan berpindah ke ujung jari mereka dan di bawah kuku. Lalu, ketika mereka memasukkan tangan ke dalam mulut. Maka siklus baru dimulai lagi," kata Dr Kaye.
Cacing kremi juga bisa menular ke orang lain, bila mereka menyentuh permukaan yang sama dan telah terkontaminasi, seperti gaging pintu atau handuk.
Dilansir dari Patient, ada beberapa gejala cacing kremi, antara lain:
- Anda bisa melihat cacing kremi di tinja atau di dekat anus
- Gatal parah di sekitar anus
- Terbangun di malam hari karena gatal
Umumnya, cacing kremi hanya menyebabkan gatal dan ketidaknyamanan di sekitar anus. Tapi, kondisi ini biasanya cukup mengganggu tidur anak-anak.
Selain itu, menggaruk anus karena cacing kremi bisa menyebabkannya terluka. Selain itu, sejumlah besar cacing kremi bisa menyebabkan sakit perut ringan dan membuat anak mudah marah.
Baca Juga: Sesak Napas dan Kelelahan, Dua Gejala Virus Corona yang Bisa Bertahan Setahun
Pada anak perempuan, cacing kremi bisa mengembara ke depan dan bertelur di vagina atau uretra.
Seorang dokter mungkin memeriksa cacing kremi pada gadis-gadis muda dengan keputihan, mengompol, atau masalah dengan buang air kecil.
Bahkan, cacing kremi bisa menyebabkan masalah lain, seperti kehilangan nafsu makan dan penurunan berat badan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Link DANA Kaget Khusus Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cuan Rp 345 Ribu
- 7 Rekomendasi Parfum Terbaik untuk Pelari, Semakin Berkeringat Semakin Wangi
- Unggahan Putri Anne di Tengah Momen Pernikahan Amanda Manopo-Kenny Austin Curi Perhatian
- 8 Moisturizer Lokal Terbaik untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Solusi Flek Hitam
- 15 Kode Redeem FC Mobile Aktif 10 Oktober 2025: Segera Dapatkan Golden Goals & Asian Qualifier!
Pilihan
-
Tekstil RI Suram, Pengusaha Minta Tolong ke Menkeu Purbaya
-
Grand Mall Bekasi Tutup, Netizen Cerita Kenangan Lawas: dari Beli Mainan Sampai Main di Aladdin
-
Jay Idzes Ngeluh, Kok Bisa-bisanya Diajak Podcast Jelang Timnas Indonesia vs Irak?
-
278 Hari Berlalu, Peringatan Media Asing Soal Borok Patrick Kluivert Mulai Jadi Kenyataan
-
10 HP dengan Kamera Terbaik Oktober 2025, Nomor Satu Bukan iPhone 17 Pro
Terkini
-
Otak Ternyata Bisa Meniru Emosi Orang, Hati-hati Anxiety Bisa Menular
-
National Hospital Surabaya Buktikan Masa Depan Medis Ada di Tangan AI!
-
Inovasi Bedah Robotik Pertama di Indonesia: Angkat Kanker Payudara Tanpa Hilangkan Bentuk Alami
-
Riset Ungkap Rahasia Bahagia: Bergerak 15 Menit Setiap Hari Bikin Mental Lebih Sehat
-
Mengembalikan Filosofi Pilates sebagai Olahraga yang Menyatukan Gerak, Napas, dan Ketenangan
-
Perawatan Mata Modern di Tengah Maraknya Gangguan Penglihatan
-
Terungkap! Ini Rahasia Otak Tetap Prima, Meski di Usia Lanjut
-
Biar Anak Tumbuh Sehat dan Kuat, Imunisasi Dasar Jangan Terlewat
-
Susu Kambing Etawanesia Bisa Cegah Asam Urat, Ini Kata dr Adrian di Podcast Raditya Dika
-
Toko Roti Online Bohong Soal 'Gluten Free'? Ahli Gizi: Bisa Ancam Nyawa!