Suara.com - Pandemi COVID-19 yang sudah merajalela selama 1,5 tahun terakhir bisa dihentikan dengan cepat dan mudah, namun perlu melibatkan masyarakat. Bagaimana caranya?
Menurut ketua Tim Pakar Satgas COVID-19 Prof Wiku Adisasmito, cara termudah, termurah, dan efektif untuk segera mengakhiri pandemi adalah dengan tekun melaksanakan protokol kesehatan
"Ingat, cara termudah, termurah, dan satu-satunya yang paling efektif untuk segera mengakhiri pandemi ini adalah dengan disiplin protokol kesehatan secara kolektif, tidak hanya individu saja namun harus dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat," ujar Wiku dalam keterangan resmi Satgas COVID-19.
Ia mengatakan, dengan telah dibukanya aktivitas sosial ekonomi secara bertahap dan perlahan kembali menuju kehidupan normal baru, maka momentum ini seharusnya dijadikan refleksi bersama-sama.
Ia menambahkan, keadaan saat ini sudah jauh lebih baik dibandingkan keadaan di mana kasus melonjak tinggi, rumah sakit penuh, serta kabar duka karena kematian akibat COVID-19.
"Renungan ini seharusnya lebih dari cukup untuk membuat kita tidak lengah dan terus disiplin protokol kesehatan karena tentunya kita tidak mau kembali ke keadaan itu lagi," katanya.
Wiku mengingatkan, fase paling berat adalah ketika kasus COVID-19 mulai melandai. Pasalnya, pada fase itu seluruh lapisan masyarakat diuji kedisiplinan dan ketahanannya agar tidak kembali mengalami lonjakan kasus.
Ia mengatakan, dengan modal perkembangan kasus yang semakin membaik maka saat ini kita memiliki target besar bersama untuk selangkah lebih maju mempertahankan kondisi kasus COVID-19 yang sudah cukup terkendali, sehingga perlahan-lahan memasuki fase respon pemerintah untuk mempertahankan.
Ia mengemukakan bahwa terdapat tiga fase dalam penanganan pandemi COVID-19 oleh pemerintah, yaitu merespon, memperbaiki, dan mempertahankan.
Baca Juga: Presiden Jokowi ke Pengusaha : Ingat Pandemi Covid-19 Belum Berakhir
"Pada prinsipnya, respon pemerintah dalam menangani pandemi COVID-19 dibagi tiga fase, yaitu merespon, memperbaiki, dan mempertahankan," ujarnya. [ANTARA]
Berita Terkait
-
Kadar Gula Tinggi dan Saturasi Oksigen Anjlok, Ivan Gunawan Merasa Ajal Sudah Dekat
-
Skandal Raffi Ahmad Sang Utusan Khusus Presiden: Digugat ke Pengadilan saat Pandemi Covid-19
-
Sebut WHO Rancang Pandemi Baru, Epidemiolog UI Tepis Ucapan Dharma Pongrekun: Itu Omong Kosong
-
Dharma Pongrekun Sebut Penyebab Tanah Abang Sepi Akibat Pandemi Covid-19
-
Kawal Masyarakat Indonesia Selama Pandemi Covid-19, 10 Tahun Jokowi Catat Kemajuan Pesat Bidang Telemedicine
Terpopuler
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
- 5 Sunscreen Terbaik Harga di Bawah Rp30 Ribu agar Wajah Cerah Terlindungi
- 7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
- 24 Kode Redeem FC Mobile 4 November: Segera Klaim Hadiah Parallel Pitches, Gems, dan Emote Eksklusif
Pilihan
-
Comeback Dramatis! Persib Bandung Jungkalkan Selangor FC di Malaysia
-
Bisnis Pizza Hut di Ujung Tanduk, Pemilik 'Pusing' Berat Sampai Berniat Melego Saham!
-
Bos Pajak Cium Manipulasi Ekspor Sawit Senilai Rp45,9 Triliun
-
6 Kasus Sengketa Tanah Paling Menyita Perhatian di Makassar Sepanjang 2025
-
6 HP Memori 128 GB Paling Murah Terbaru 2025 yang Cocok untuk Segala Kebutuhan
Terkini
-
Apoteker Kini Jadi Garda Terdepan dalam Perawatan Luka yang Aman dan Profesional
-
Dont Miss a Beat: Setiap Menit Berharga untuk Menyelamatkan Nyawa Pasien Aritmia dan Stroke
-
Jangan Tunggu Dewasa, Ajak Anak Pahami Aturan Lalu Lintas Sejak Sekarang!
-
Menjaga Kemurnian Air di Rumah, Kunci Hidup Sehat yang Sering Terlupa
-
Timbangan Bukan Segalanya: Rahasia di Balik Tubuh Bugar Tanpa Obsesi Angka
-
Terobosan Baru Atasi Kebutaan: Obat Faricimab Kurangi Suntikan Mata Hingga 75%!
-
5 Pilihan Obat Batu Ginjal Berbahan Herbal, Aman untuk Kesehatan Ginjal dan Ampuh
-
Catat Prestasi, Tiga Tahun Beruntun REJURAN Indonesia Jadi Top Global Distributor
-
Mengenal UKA, Solusi Canggih Atasi Nyeri Lutut dengan Luka Minimal
-
Indonesia di Ambang Krisis Dengue: Bisakah Zero Kematian Tercapai di 2030?