Suara.com - Australia alami pandemi lain di tengah infeksi Covid-19 yang masih mewabah. Pofesor kesehatan mental remaja University of Melbourne Patrick McGorry menyebutnya dengan 'pandemi bayangan'.
Istilah itu untuk menunjukan adanya krisis kesehatan mental yang memburuk selama masa penguncian Covid-19. Kondisi itu menyebabkan Australia menghadapi tantangan kesehatan lain, pengelolaan dampak psikologis dan emosional terutama pada kaum muda dan rentan.
"Ini adalah ancaman besar bagi kesehatan mental kita," kata Profesor McGorry, dikutip dari Channel News Asia.
Menurut McGorry, masalah mental itu dipicu perasaan kehilangan rasa aman, ketakutan akan virus corona, juga keterbatasan banyak hal lain dalam hidup seperti ruang gerak aktivitas untuk berolahraga, bergaul dengan orang lain, hingga bekerja.
Klinik kesehatan mental kemudian dibuka di pinggiran kota Sidney yang paling parah terkena dampak kasus Covid-19. Penguncian juga telah dilakukan selama tiga bulan.
Klinik tersebut ditujukan untuk semua kelompok umur dan dirancang untuk memberikan perawatan darurat kepada orang-orang yang merasa sulit untuk mengatasi pembatasan.
Asisten Menteri Australia untuk Perdana Menteri bidang Kesehatan Mental dan Pencegahan Bunuh Diri David Coleman berharap klinik gratis itu bisa membanti orang-orang yamg stres akibat situasi pandemi.
"Kami menyadari bahwa dukungan untuk kesejahteraan emosional orang-orang sangat penting di masa-masa luar biasa ini dengan hilangnya kebebasan, kurangnya kontak pribadi, dan masalah terkait pekerjaan yang menyebabkan tekanan dan keputusasaan besar," katanya.
Gangguan mental pada kelompok remaja usia 12-17 tahun telah terlihat sepanjang tahun ini. Di mana tercatat, di New South Wales saja terjadi peningkatan 49 persen remaja yang datang ke unit gawat darurat rumah sakit dengan pikiran untuk melukai diri sendiri atau bunuh diri, dibandingkan dengan tahun 2019.
Baca Juga: Menko PMK Sebut Protokol Kesehatan Jadi Kunci Ubah Pandemi Covid-19 Jadi Endemi
Biro Statistik negara itu mengungkapkan bahwa satu dari tiga orang Australia berusia antara 18 dan 34 tahun mengaku mengalami tekanan psikologis tingkat tinggi pada Juni 2021.
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 Sepatu Adidas Diskon 60 Persen di Sports Station, Ada Adidas Stan Smith
- Kronologi Lengkap Petugas KAI Diduga Dipecat Gara-Gara Tumbler Penumpang Hilang
- 5 Moisturizer dengan Alpha Arbutin untuk Memudarkan Flek Hitam, Cocok Dipakai Usia 40-an
- 15 Merek Ban Mobil Terbaik 2025 Sesuai Kategori Dompet Karyawan hingga Pejabat
- 10 Mobil Terbaik untuk Pemula yang Paling Irit dan Mudah Dikendalikan
Pilihan
-
KGPH Mangkubumi Akui Minta Maaf ke Tedjowulan Soal Pengukuhan PB XIV Sebelum 40 Hari
-
Haruskan Kasus Tumbler Hilang Berakhir dengan Pemecatan Pegawai?
-
BRI Sabet Penghargaan Bergengsi di BI Awards 2025
-
Viral Tumbler Tuku di Jagat Maya, Berapa Sebenarnya Harganya? Ini Daftar Lengkapnya
-
Tidak Ada Nasi di Rumah, Ibu di Makassar Mau Lempar Anak ke Kanal
Terkini
-
Dari Flu hingga Hidung Tersumbat: Panduan Menenangkan Ibu Baru Saat Bayi Sakit
-
Hasil Penelitian: Nutrisi Tepat Sejak Dini Bisa Pangkas Biaya Rumah Sakit Hingga 4 Kali Lipat
-
Cegah Bau Mulut akibat Celah Gigi Palsu, Ini Penjelasan Studi dan Solusi untuk Pengguna
-
Stop Jilat Bibir! Ini 6 Rahasia Ampuh Atasi Bibir Kering Menurut Dokter
-
Alarm Kesehatan Nasional: 20 Juta Warga RI Hidup dengan Diabetes, Jakarta Bergerak Melawan!
-
Panduan Memilih Yogurt Premium untuk Me-Time Sehat, Nikmat, dan Nggak Bikin Bosan
-
Radang Usus Kronik Meningkat di Indonesia, Mengapa Banyak Pasien Baru Sadar Saat Sudah Parah?
-
Stop Diet Ketat! Ini 3 Rahasia Metabolisme Kuat ala Pakar Kesehatan yang Jarang Diketahui
-
Indonesia Darurat Kesehatan Mental, Kasus Terbanyak: Depresi, Anxiety, dan Skizofrenia
-
Rekomendasi Vitamin untuk Daya Tahan Tubuh yang Mudah Ditemukan di Apotek