Suara.com - Banyak masyarakat yang kerap menganggap sama serangan rasa panik yang berlebihan (Panic Attack) dan serangan jantung (Heart Attack). Keduanya memang memiliki gejala yang serupa namun tak sama yaitu meningkatnya nyeri dada.
Hanya saja pada serangan jantung yang khas, timbul rasa nyeri di areal dada yang cenderung terasa seperti ditekan beban berat, timbul saat aktivitas, lalu menyebar hingga rahang, leher atau bahu dengan keringat dingin yang mengiringi sejumlah gejala tersebut.
"Sementara timbulnya serangan panik, nyeri di dada dirasakan cenderung seperti ditusuk yang dapat dilokalisir, muncul secara tiba-tiba, bahkan dapat muncul saat istirahat atau tidur, akibat stress atau rasa cemas ekstrim, disertai perasaan takut mati atau takut hilang kendali" tutur dr. I Gusti Ayu Ratna Dewi dari Siloam Hospitals Jantung Diagram. dalam keterangannya, Jumat, (24/9/2021)
Oleh karena itu, lanjut dr Ratna, perlu diingat bahwa timbulnya nyeri dada tidak selalu merupakan gejala serangan jantung. Terutama jika berusia muda dan terbebas dari berbagai faktor risiko penyakit jantung setelah melalui berbagai pemeriksaan Serangan panik umumnya tidak berbahaya namun dapat mengganggu aktivitas jika berulang terus menerus.
Hal utama yang dapat dilakukan penderita pada saat terjadi serangan panik yaitu berusaha mengenali keadaan serangan panik, menenangkan diri melalui pengaturan napas, dan mencoba fokus dengan keadaan sekitar (grounding).
"Cobalah untuk menenangkan diri, tarik napas dalam dengan hidung lalu hembuskan secara perlahan melalui mulut. Sembari mengatur napas, lakukan grounding yaitu fokus dengan lingkungan sekitar, dengan cara menyebutkan 3 hal yang dapat anda dengar, 3 hal yang dapat anda lihat, dan 3 hal yang dapat anda sentuh," ungkap dr. I Gusti Ayu Ratna Dewi.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Di Balik Duka Banjir Sumatera: Mengapa Popok Bayi Jadi Kebutuhan Mendesak di Pengungsian?
-
Jangan Anggap Remeh! Diare dan Nyeri Perut Bisa Jadi Tanda Awal Penyakit Kronis yang Mengancam Jiwa
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat