Suara.com - Merokok sangat mungkin meningkatkan keparahan Covid-19 dan risiko kematian. Hal ini dinyatakan dalam penelitian besar Biobank Inggris yang diterbitkan online di jurnal pernapasan Thorax.
Melansir dari Medical Xpress, studi ini adalah yang pertama mengumpulkan data observasional dan genetik tentang merokok dan Covid-19.
Penelitian ini melacak hubungan antara merokok dan tingkat keparahan infeksi Covid-19 dari Januari hingga Agustus 2020 pada 421.469 peserta UK Biobank. Para pasien ini semuanya dianalisis susunan genetiknya.
Selama masa penelitian, 13446 (3,2 persen) orang melakukan tes swab Covid-19 (PCR), 1649 (0,4 persen) di antaranya dinyatakan positif di mana 968 (0,2 persen) memerlukan perawatan di rumah sakit dan 444 (0,1 persen) meninggal akibat infeksi mereka.
Sebagian besar (59 persen) peserta tidak pernah merokok, lebih dari sepertiga (37 persen) adalah mantan perokok, dan hanya 4 persen adalah perokok saat ini.
Di antara perokok saat ini, sebagian besar (71 persen) adalah perokok ringan atau sedang (1-19 batang sehari), hanya 29 persen perokok berat (lebih dari 20 batang sehari).
Dibandingkan dengan mereka yang tidak pernah merokok, perokok saat ini 80 persen lebih mungkin dirawat di rumah sakit dan secara signifikan lebih mungkin meninggal karena Covid-19.
Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa kecenderungan genetik untuk merokok dikaitkan dengan risiko infeksi 45 persen lebih tinggi dan risiko rawat inap rumah sakit untuk COVID-19 60 persen lebih tinggi.
Studi ini menunjukkan bahwa kecenderungan genetik untuk merokok lebih banyak dikaitkan dengan risiko infeksi lebih dari dua kali lipat, peningkatan 5 kali lipat dalam risiko masuk rumah sakit, dan peningkatan 10 kali lipat dalam risiko kematian akibat virus.
Baca Juga: Update 28 September: Positif Covid-19 Indonesia Tambah 2.057 Jadi 4.211.460 Orang
"Gagasan bahwa merokok tembakau dapat melindungi dari COVID-19 selalu merupakan gagasan yang mustahil," tegas Drs Anthony Laverty dan Christopher Millet dari Imperial College London.
"Pandemi pernapasan harus menjadi momen yang ideal untuk memfokuskan pikiran kolektif pada pengendalian tembakau," tambahnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- Bobibos Bikin Geger, Kapan Dijual dan Berapa Harga per Liter? Ini Jawabannya
- 6 Rekomendasi Cushion Lokal yang Awet untuk Pekerja Kantoran, Makeup Anti Luntur!
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
Pilihan
-
5 Mobil Bekas Pintu Geser Ramah Keluarga: Aman, Nyaman untuk Anak dan Lansia
-
5 Mobil Bekas di Bawah 100 Juta Muat hingga 9 Penumpang, Aman Bawa Barang
-
Pakai Bahasa Pesantren! BP BUMN Sindir Perusahaan Pelat Merah Rugi Terus: La Yamutu Wala Yahya
-
Curacao dan 10 Negara Terkecil yang Lolos ke Piala Dunia, Indonesia Jauh Tertinggal
-
Danantara Soroti Timpangnya Setoran Dividen BUMN, Banyak yang Sakit dan Rugi
Terkini
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis
-
Dokter Kandungan Akui Rahim Copot Nyata Bisa Terjadi, Bisakah Disambungkan Kembali?
-
Klinik Safe Space, Dukungan Baru untuk Kesehatan Fisik dan Mental Perempuan Pekerja
-
Mengubah Cara Pandang Masyarakat Terhadap Spa Leisure: Inisiatif Baru dari Deep Spa Group
-
Terobosan Baru Lawan Kebutaan Akibat Diabetes: Tele-Oftalmologi dan AI Jadi Kunci Skrining
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025