Suara.com - Stres bisa dialami oleh siapa saja, baik orangtua maupun anak muda. Akan tetapi, benarkah rasa stres bisa menurunkan interaksi sosial dengan orang lain?
Sebuah studi dari Dartmouth yang terbit di Emotion mengatakan, tingkat stres yang tinggi di suatu hari, menjadi penyebab penurunan interaksi sosial di hari berikutnya.
“Untuk penelitian kami, kami ingin menyelidiki bagaimana perasaan stres memengaruhi jumlah interaksi sosial dengan orang lain,” ungkap penulis studi sekaligus Profesor Ilmu Psikologi dari Dartmouth, Meghan Meyer.
“Temuan kami menunjukkan, orang yang mengalami lebih banyak stres pada satu hari, dapat mengurangi sosialisasi dengan orang lain di hari berikutnya,” lanjut Meghan.
Selain itu, ia melanjutkan bahwa efek negatif ini dapat bertahan sampai dua hari, setelah hari pertama seseorang mengalami hari-harinya yang penuh tekanan.
Studi sebelumnya coba dilakukan lewat hewan, di mana hewan memilih tidak bersosialisasi dengan rekannya ketika mengalami rasa stres sehari sebelumnya.
Bahkan, penurunan interaksi sosial ini dikenal sebagai penghindaran sosial, yang disebabkan oleh stres yang dialaminya.
Lewat studi Dartmouth, temuan ini coba mengandalkan data dari penginderaan ponsel yang diperoleh dari aplikasi StudentLife, yang sebelumnya dikembangkan oleh Andrew T. Campbell, yang merupakan ilmu komputer abad ketiga Albert Bradley 1915 di Dartmouth.
Melalui aplikasi ini, data diambil mulai dari tentang tidur, gerakan, dan waktu yang dihabiskan di rumah secara pasif, yang dilakukan oleh 99 mahasiswa sarjana di Dartmouth.
Baca Juga: 4 Tanda Bahwa Kamu Mengalami Toxic Productivity
Saat pengujian, para partisipan setuju untuk berpartisipasi dalam studi ini selama dua bulan, yang mengambil sampel perempuan 56 persen, dan 44 persen sampel laki-laki. Untuk melindungi privasi data, partisipan ini datanya dianonimkan.
Aplikasi tersebut juga mengukur seberapa banyak interaksi sosial yang dilakukan oleh peserta setiap hari, dengan mendeteksi percakapan mereka lewat mikrofon ponsel.
Selain itu, para peserta juga ditanya mengenai kesejahteraan mereka secara keseluruhan, salah satunya adalah tingkat stres mereka.
Dari uji yang dilakukan, antara pukul 9 pagi dan 8 malam, para peserta diminta untuk melaporkan stres harian mereka dengan mengetuk gambar pada skala 1 (tanpa stres) hingga 16 (stres ekstrim).
Pengujian ini dikenal sebagai metodologi fotografi yang dikembangkan oleh peneliti lain, yang dikenal sebagai ‘Pengukur stres fotografi seluler’.
Dari penelitian sebelumnya, metodologi ini dianggap sangat berkorelasi dengan stres psikologis seseorang. Selain itu, metode ini dianggap efektif dalam pengambilan sampel longitudinal.
Berita Terkait
Terpopuler
- Kumpulan Prompt Siap Pakai untuk Membuat Miniatur AI Foto Keluarga hingga Diri Sendiri
- Terjawab Teka-teki Apakah Thijs Dallinga Punya Keturunan Indonesia
- Bakal Bersinar? Mees Hilgers Akan Dilatih Eks Barcelona, Bayern dan AC Milan
- Gerhana Bulan Langka 7 September 2025: Cara Lihat dan Jadwal Blood Moon Se-Indo dari WIB-WIT
- Geger Foto Menhut Raja Juli Main Domino Bareng Eks Tersangka Pembalakan Liar, Begini Klarifikasinya
Pilihan
-
Nomor 13 di Timnas Indonesia: Bisakah Mauro Zijlstra Ulangi Kejayaan Si Piton?
-
Dari 'Sepupu Raisa' Jadi Bintang Podcast: Kenalan Sama Duo Kocak Mario Caesar dan Niky Putra
-
CORE Indonesia: Sri Mulyani Disayang Pasar, Purbaya Punya PR Berat
-
Sri Mulyani Menteri Terbaik Dunia yang 'Dibuang' Prabowo
-
Surat Wasiat dari Bandung: Saat 'Baby Blues' Bukan Cuma Rewel Biasa dan Jadi Alarm Bahaya
Terkini
-
Surfing Jadi Jalan Perempuan Temukan Keberanian dan Healing di Laut
-
Bayi Rewel Bikin Stres? Rahasia Tidur Nyenyak dengan Aromaterapi Lavender dan Chamomile!
-
Varises Esofagus Bisa Picu BAB dan Muntah Darah Hitam, Ini Penjelasan Dokter Bedah
-
Revolusi Kesehatan Dimulai: Indonesia Jadi Pusat Inovasi Digital di Asia!
-
HPV Masih Jadi Ancaman, Kini Ada Vaksin Generasi Baru dengan Perlindungan Lebih Luas
-
Resistensi Antimikroba Ancam Pasien, Penggunaan Antibiotik Harus Lebih Cerdas
-
Ini Alasan Kenapa Donor Darah Tetap Relevan di Era Modern
-
Dari Kegelapan Menuju Cahaya: Bagaimana Operasi Katarak Gratis Mengubah Hidup Pasien
-
Jangan Sepelekan, Mulut Terbuka Saat Tidur pada Anak Bisa Jadi Tanda Masalah Kesehatan Serius!
-
Obat Sakit Gigi Pakai Getah Daun Jarak, Mitos atau Fakta?