Suara.com - Tuntutan pekerjaan terkadang membuat kita perlu bekerja lembur. Tidak jarang yang bekerja tanpa henti bahkan hingga dilakukan.
Tapi, sebaiknya mulai sekarang dikurangi. Karena jika terus dilakukan bisa meningkatkan risiko terkena stroke.
Dikutip dari keterangan yang diterima Suara.com, Jumat, (8/10/2021), studi terhadap 143,952 subjek menunjukkan bahwa sering bekerja lembur berkaitan dengan peningkatan risiko terkena stroke.
Maksud dari sering bekerja lembur di sini adalah bekerja lebih dari 10 jam per hari selama minimal 50 hari dalam satu tahun.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mereka yang sering bekerja lembur diketahui memiliki risiko terkena stroke hingga 29 persen lebih tinggi.
Jika kondisi ini dialami hingga 10 tahun atau lebih waktu kerja,risiko terkena stroke meningkat lebih tinggi yaitu dapat mencapai 45 persen lebih besar.
Selain kebiasaan lembur, pola makan dan aktivitas fisik juga mempengaruhi risiko terkena stroke. Menjalankan pola makan sehat dengan memperbanyak bijian utuh, konsumsi buah dan sayur, serta mengurangi konsumsi lemak jenuh akan bermanfaat. Selain itu, rutin berolahraga minimal 150 menit seminggu juga akan membantu menjaga kesehatan.
"Sering lembur berdampak buruk untuk kesehatan kita, salah satunya meningkatkan risiko stroke. Jangan kebablasan bekerja hingga lembur terus ya kawan, tetap perhatikan kesehatan kamu," Rendy Dijaya, Researcher & Health Educator Nutrifood Research Center.
Sebuah studi terbaru yang dilakukan Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO dan Organisasi Perburuhan Internasional menemukan bekerja 55 jam atau lebih dalam seminggu telah menewaskan 745.194 orang pada 2016.
Baca Juga: Hati-hati, 3 Gaya Hidup Ini Bisa Tingkatkan Risiko Stroke
Ini adalah studi pertama yang menganalisis risiko kesehatan yang dihubungkan dengan panjangnya durasi jam kerja, mengutip Insider, Rabu (19/5/2021).
Hasilnya peneliti mendapati sebanyak 745.194 orang meninggal karena stroke atau sakit jantung, yang berkaitan erat dengan bekerja selama 55 jam dalam seminggu pada tahun 2016. Angka ini naik 29 persen dibanding tahun 2000.
"Bekerja 55 jam atau lebih per minggu adalah bahaya kesehatan yang serius," ujar Dr. Meira Neira, Direktur Lingkungan, Perubahan Iklim, dan Kesehatah WHO dalam keterangan persnya.
Mirisnya, mayoritas kematian 72 persen dialami laki-laki yang tinggal di kawasan Pasifik Barat dan Asia Tenggara.
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
- DANA Kaget Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cair Rp 255 Ribu
- Fakta-Fakta Korupsi Bupati HSS Kalsel, Diduga Minta Dana Proyek Puluhan Miliar
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 3 Oktober: Klaim Ballon d'Or 112 dan Gems
Pilihan
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
Terkini
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif
-
Fenomena Banyak Pasien Kanker Berobat ke Luar Negeri Lalu Lanjut Terapi di Indonesia, Apa Sebabnya?