Suara.com - Anak terutama bayi baru lahir belum memiliki saluran cerna yang berfungsi optimal. Karenanya, pada beberapa bayi kerap kali mengalami gangguan saluran cerna pada minggu-minggu awal kehidupannya.
Meski umum terjadi, gangguan saluran cerna fungsional atau FGID tidak bisa dianggap remeh. Karena jika tidak ditangani dengan baik dan benar, bisa memengaruhi proses tumbuh kembang bayi.
"Dari awal gangguan saluran cerna harus diatasi dengan baik. Tentu saja promotif dan prefentif seperti membiasakan hidup sehat dan cara menghindari penyakit dari awal, itu adalah edukasi sangat penting," kata Dokter spesialis anak konsultan gastro hepatologi dr. Frieda Handayani, Sp.A (K)., dalam webinar Bicara Gizi bersama Danone Indonesia, beberapa waktu lalu.
Ada tiga FGID yang umum terjadi pada bayi baru lahir. Di antaranya adalah:
1. Kolik
Kolik adalah sakit perut yang intens dan tiba-tiba. Bahkan bisa terjadi saat anak sedang tidur lalu menangis akibat sakit perut yang hebat. Sehingga kondisi kolik tidak berhubungan dengan bayi mau buang air besar ataupun baru minum ASI.
Dokter Frieda menjelaskan, tingkat sakit kolik biasanya naik turun. Terkadang hanya sakit ringan, namun bisa juga sangat sakit dan berlangsung berjam-jam.
"Kolik sering terjadi pada bayi usia 6 minggu dengan puncaknya terjadi usia 2 bulan. Akan berkurang pada usia 3-4 bulan. Jadi masa kolik tidak selamanya," jelas dokter Frieda.
Lantaran sistem saluran cerna bayi belum berfungsi optimal, sering terjadi penumpukan gas di perutnya. Hal itu yang menyebabkan sakit perut bahkan hingga muntah.
Baca Juga: Duh, Peneliti Temukan Mikroplastik di Kotoran Bayi yang Baru Lahir
"Namun yang perlu diingat, kolik bukan penyakit dan hanya gangguan saluran cerna fungsional, maka tumbuh kembang anak tidak terganggu. Maksudnya berat badannya tetap naik sesuai kurva dan sesuai target," kata dokter Frieda.
Proses perkembangan bayi, seperti kemampuan menoleh, tengkurap hingga merangkak juga seharusnya tidak terganggu karena adanya kolik.
2. Gumoh
Pada bayi usia lebih dari 1 minggu bisa tiba-tiba kembali mengeluarkan ASI setelah minum. Kondisi itu bisa disebut juga sebagai gumoh.
Menurut dokter Frieda, gumoh juga tidak berbahaya bila pertumbuhan bayi tetap sesuai target, yakni 20-25 gram per hari untuk bayi di bawah 1 bulan. Ia juga menekankan kalau gumoh beda dengan muntah.
"Kalau gumoh terjadi secara sukarela mengeluarkan kelebihan ASI dari kerongkongan atau mulutnya seperti meludah. Dan anak masih happy, tidak tampak kesakitan," katanya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 10 Mobil Bekas Rp75 Jutaan yang Serba Bisa untuk Harian, Kerja, dan Perjalanan Jauh
Pilihan
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
-
Agensi Benarkan Hubungan Tiffany Young dan Byun Yo Han, Pernikahan di Depan Mata?
-
6 Smartwatch Layar AMOLED Murah untuk Mahasiswa dan Pekerja, Harga di Bawah Rp 1 Juta
Terkini
-
Jangan Anggap Remeh! Diare dan Nyeri Perut Bisa Jadi Tanda Awal Penyakit Kronis yang Mengancam Jiwa
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat
-
Di Balik Prestasi Atlet, Ada Peran Layanan Kesehatan yang Makin Krusial