Suara.com - Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) Amerika Serikat berencana untuk mengizinkan warta AS untuk menerima suntikan booster yang berbeda dari vaksin yang awalnya mereka terima.
Badan tersebut tidak akan merekomendasikan satu suntikan booster di atas yang lain, dan sebaliknya mengizinkan individu dan penyedia vaksin mereka untuk memilih merek yang berbeda atas kebijaksanaan mereka sendiri.
Dikutip dari NY Post, panel diharapkan untuk mengesahkan vaksin booster Moderna dan Johnson & Johnson pada Rabu malam minggu ini.
Ini diharapkan untuk memperluas peluang vaksin booster ke orang Amerika yang memenuhi syarat.
Rencana untuk mengizinkan pencampuran vaksin pertama kali dilaporkan oleh The New York Times.
Otorisasi yang direncanakan datang setelah para peneliti dari National Institute of Health [NIH] bertemu pada hari Jumat dan mempresentasikan temuan studi "mix and match" yang didanai federal kepada panel ahli medis FDA, menganalisis tingkat antibodi pada pasien ketika suntikan booster mereka berbeda dengan vaksinnya.
Studi tersebut menemukan bahwa mereka yang menerima Johnson & Johnson mengatakan peningkatan antibodi yang lebih besar dari suntikan booster vaksin Moderna daripada dari booster Johnson & Johnson.
Para peneliti juga menemukan bahwa booster vaksin Pfizer juga meningkatkan tingkat antibodi penerima Johnson & Johnson lebih dari booster J&J, tetapi tidak setinggi Moderna, menurut The Times.
Pejabat Kesehatan Negara telah meminta persetujuan FDA untuk mengizinkan pasien menerima booster yang lebih mudah tersedia atau ditentukan lebih aman bagi pasien oleh dokter mereka sendiri.
Baca Juga: Indonesia Dan Malaysia Sepakat Saling Akui Sertifikat Vaksin Covid-19
Panel FDA dengan suara bulat mendukung otorisasi darurat booster J&J pada hari Jumat, di tengah kekhawatiran bahwa vaksin tersebut mungkin kurang efektif daripada vaksin Pfizer atau Moderna.
Para pejabat merekomendasikan agar semua orang yang menerima suntikan mendapatkan booster dua bulan setelahnya.
Sebuah studi yang diterbitkan Kamis menganalisis 620.000 veteran militer yang menerima vaksin J&J tahun ini dan menemukan bahwa perlindungan efektif terhadap virus turun drastis dari 88 persen pada Maret menjadi hanya 3 persen pada Agustus.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 10 Mobil Bekas Rp75 Jutaan yang Serba Bisa untuk Harian, Kerja, dan Perjalanan Jauh
Pilihan
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
-
Agensi Benarkan Hubungan Tiffany Young dan Byun Yo Han, Pernikahan di Depan Mata?
-
6 Smartwatch Layar AMOLED Murah untuk Mahasiswa dan Pekerja, Harga di Bawah Rp 1 Juta
Terkini
-
Jangan Anggap Remeh! Diare dan Nyeri Perut Bisa Jadi Tanda Awal Penyakit Kronis yang Mengancam Jiwa
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat
-
Di Balik Prestasi Atlet, Ada Peran Layanan Kesehatan yang Makin Krusial