Suara.com - Bukan hanya orang dewasa, balita yang masih dalam masa pertumbuhan juga perlu dibatasi asupan gula hariannya. Berdasarkan anjuran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), batas maksimal konsumsi gula harian setiap orang cukup 10 persen dari total kebutuhan kalori.
"Contoh, anak usia 2 tahun beratnya 12 kilo. Berarti kebutuhan kalorinya 1.200 kilo kalori per hari. Berapa banyak gula yang diperbolehkan, kurang dari 10 persen berarti 120 kkal. Kalau 1 gram gula mengandung 4 kilo kalori, maka anak boleh mengonsumsi maksimal 30 gram," jelas dokter spesialis anak dr. Meta Hanindita, Sp.A., saat siaran langsung Instagram bersama aktris Tasya Kamila, Rabu (20/10/2021).
Selain jumlahnya, orangtua juga perlu mengetahui kalau asupan gula yang masuk ke tubuh anak bukan hanya pemanis yang terlihat secara wujud. Seperti tambahan gula pasir atau pun madu.
Tapi dari berbagai jenis makanan lain, rata-rata telah mengandung gula tambahan. Misalnya, kecap, permen, susu, hingga biskuit camilan anak. Sehingga jika anak sudah mengonsumsi jenis makanan tersebut, sebaiknya dibatasi jumlahnya karena berisiko timbulkan masalah kesehatan.
"Ada risiko karies gigi yang mana kita tahu bahwa bukan hanya bisa terjadi pada anak kecil, walaupun lebih rentan pada anak kecil, tapi orang dewasa pun dapat terkena. Selain itu juga kita perlu tahu bahwa makanan apapun yang mengandung gula tinggi, seperti permen, kemudian minuman manis, itu tidak mengandung manfaat nutrisi yang dibutuhkan oleh anak," paparnya.
Terkait risiko sugar rush atau anak jadi bertingkah hiperaktif pasca konsumsi gula, dokter Meta menekankan hal tersebut salah.
"Tidak ada jurnal ilmiah yang mengatakan konsumsi gula berlebih dapat mengakibatkan sugar rush atau hiperaktif. Tapi bukan berarti enggak apa-apa konsumsi gula, semua tetap ada porsinya masing-masing," ucapnya.
Jika konsumsi makanan atau minuman yang mengandung gula hanya sebagai rekreasional atau sesekali dalam satu minggu, menurut dokter Meta masih diperbolehkan. Akan tetapi, bisa menjadi berbahaya jika sifatnya jadi menggantikan atau anak enggan konsumsi makanan lain yang nutrisinya sangat dibutuhkan selama masa pertumbuhan.
Baca Juga: Lansia Dibatasi, Anak Balita Belum Boleh Naik KRL
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Link DANA Kaget Khusus Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cuan Rp 345 Ribu
- Beda Biaya Masuk Ponpes Al Khoziny dan Ponpes Tebuireng, Kualitas Bangunan Dinilai Jomplang
- Owner Bake n Grind Terancam Penjara Hingga 5 Tahun Akibat Pasal Berlapis
- 5 Link DANA Kaget Terbaru Bernilai Rp 434 Ribu, Klaim Sekarang Sebelum Kehabisan!
- Unggahan Putri Anne di Tengah Momen Pernikahan Amanda Manopo-Kenny Austin Curi Perhatian
Pilihan
-
Grand Mall Bekasi Tutup, Netizen Cerita Kenangan Lawas: dari Beli Mainan Sampai Main di Aladdin
-
Jay Idzes Ngeluh, Kok Bisa-bisanya Diajak Podcast Jelang Timnas Indonesia vs Irak?
-
278 Hari Berlalu, Peringatan Media Asing Soal Borok Patrick Kluivert Mulai Jadi Kenyataan
-
10 HP dengan Kamera Terbaik Oktober 2025, Nomor Satu Bukan iPhone 17 Pro
-
Timnas Indonesia 57 Tahun Tanpa Kemenangan Lawan Irak, Saatnya Garuda Patahkan Kutukan?
Terkini
-
Perawatan Mata Modern di Tengah Maraknya Gangguan Penglihatan
-
Terungkap! Ini Rahasia Otak Tetap Prima, Meski di Usia Lanjut
-
Biar Anak Tumbuh Sehat dan Kuat, Imunisasi Dasar Jangan Terlewat
-
Susu Kambing Etawanesia Bisa Cegah Asam Urat, Ini Kata dr Adrian di Podcast Raditya Dika
-
Toko Roti Online Bohong Soal 'Gluten Free'? Ahli Gizi: Bisa Ancam Nyawa!
-
9.351 Orang Dilatih untuk Selamatkan Nyawa Pasien Jantung, Pecahkan Rekor MURI
-
Edukasi PHBS: Langkah Kecil di Sekolah, Dampak Besar untuk Kesehatan Anak
-
BPA pada Galon Guna Ulang Bahaya bagi Balita, Ini yang Patut Diwaspadai Orangtua
-
Langsung Pasang KB Setelah Menikah, Bisa Bikin Susah Hamil? Ini Kata Dokter
-
Dana Desa Selamatkan Generasi? Kisah Sukses Keluarga SIGAP Atasi Stunting di Daerah