Health / Parenting
Kamis, 09 Oktober 2025 | 13:41 WIB
Pemakaian galon guna ulang yang berkelanjutan tidak disarankan, karena berbahaya bagi kesehatan. (Dok: Istimewa)

Suara.com - Untuk kesekian kalinya, para ahli kesehatan memperingatkan kembali tentang bahaya bahan kimia berbahaya dalam produk plastik keras galon guna ulang. Bahaya yang mengancam kesehatan ini tak hanya berlaku bagi manusia dewasa, tapi juga balita.

Peringatan tentang bahaya plastik pada pada galon guna ulang sudah diakui dunia internasional melalui rancangan perjanjian global yang dipelopori oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa di Busan, Korea Selatan. Rancangan perjanjian itu, secara khusus menyebutkan perlunya melindungi balita dari paparan Bisphenol A (BPA).

Setiap hari, jutaan orang tua di Indonesia memberi susu dalam botol kepada bayi dan balita mereka dengan air minum dari galon guna ulang, padahal mereka belum menyadari adanya ancaman kesehatan tersembunyi dari kebiasaan tersebut.

BPA merupakan bahan kimia yang biasa digunakan untuk membuat plastik keras dan lapisan dalam kaleng makanan. Dalam kehidupan sehari-hari, BPA bisa ditemukan pada galon guna ulang, wadah makanan, mainan anak, dan bahkan struk belanja. Yang mengkhawatirkan, BPA bisa berpindah dari kemasan ke makanan atau minuman, terutama saat terkena panas.

Beberapa waktu lalu, ahli kesehatan masyarakat, dr. Basrah Amru mengatakan bahwa tubuh bayi belum bisa membuang BPA dengan baik, sehingga racun ini akan bertahan lebih lama di dalam tubuh mereka.

"Anak bisa terpapar BPA sejak masih dalam kandungan dan ini bisa merusak perkembangan otaknya. Selain itu, BPA ternyata bisa melemahkan daya tahan tubuh anak. Mereka yang terpapar BPA akan lebih mudah sakit, karena sistem kekebalannya terganggu,” katanya.

Pernyataannya ini ditegaskan kembali oleh Dr. Irfan Dzakir Nugroho dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

“BPA bisa menyebabkan anak menjadi hiperaktif, cemas, susah konsentrasi, bahkan depresi. Dampak jangka panjangnya juga mengerikan, yaitu obesitas dan diabetes di kemudian hari," katanya.

Peringatan para dokter tersebut sejalan dengan badan keamanan pangan Eropa (EFSA), yang tahun lalu sudah menurunkan batas aman BPA sampai 20.000 kali lipat lebih ketat, karena ternyata BPA dinilai berbahaya, meski dalam jumlah sangat sedikit. Eropa bahkan sudah melarang penggunaan BPA dalam kemasan makanan mulai Januari 2025.

Sementara itu di Indonesia, BPOM mewajibkan mencantumkan label bahaya Bisfenol A atau BPA pada galon air minum dalam kemasan yang menggunakan kemasan polikarbonat.

Baca Juga: BPOM Wajibkan Label Bahaya BPA, Komunitas Konsumen Tegaskan Setuju

Untuk melindungi buah hati dari bahaya BPA, para ahli menyarankan:
1. Pilih botol susu dan wadah makanan berlabel “BPA Free”
2. Hindari memanaskan makanan dalam wadah plastik
3. Ganti galon air minum yang sudah lama dan berusia di atas 1 tahun, kusam, atau retak
4. Baca label kemasan sebelum membeli produk anak

“Dampak BPA mungkin tidak terlihat sekarang, tapi bisa berlangsung seumur hidup. Makanya, melindungi anak dari BPA harus jadi prioritas utama,” tegas dr. Basrah lagi.

Dengan semakin banyaknya negara yang melarang BPA dan bertambahnya bukti ilmiah tentang bahayanya, orang tua Indonesia diharapkan lebih waspada dalam memilih produk untuk anak, terutama pada 1000 hari pertama kehidupan yang sangat menentukan masa depan si kecil. ***

Load More