Suara.com - Sebuah studi yang dilakukan University of Sheffield mengungkap bahwa orang yang kesepian akan lebih banyak melakukan kunjungan ke dokter.
Studi yang dipimpin oleh Dr. Fuschia Sirois dari Departemen Psikologi Universitas Sheffield ini telah dipublikasikan di Health Psychology Review, dan telah diulas lebih dari 100.000 orang di seluruh dunia.
Dr. Sirois meninjau 25 studi lewat laporan para individu yang menderita kesepian, juga kunjungan mereka ke dokter, baik yang dilaporkan sendiri atau dilacak lewat catatan medis.
Hasil meta-analisis kemudian mengungkap orang yang menderita kesepian melakukan kunjungan ke dokter lebih sering dibandingkan mereka yang tidak kesepian.
Perkiraan terbaru menyatakan, bahwa sekitar 3,7 juta orang dewasa di Inggris Raya menderita kesepian. Selain itu, temuan studi ini juga mengungkap bahwa wanita yang merasa kesepian lebih mungkin sering mengunjungi dokter dibanding pria yang menderita kesepian.
Dilansir dari Medical Xpress, disebutkan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, kesepian diakui sebagai masalah kesehatan masyarakat yang patut diperhatikan. Hal ini karena kesepian dapat menyebabkan sejumlah penyakit mental dan fisik, mulai dari depresi, kecemasan, hingga penyakit kardiovaskular.
Pada tahun 2018, seorang Menteri Kesepian bernama Tracey Crouch diangkat oleh Pemerintah Inggris untuk pertama kalinya. Menteri itu diangkat untuk melakukan strategi dalam menanggulangi penyakit mental tersebut, di mana pada praktiknya pasien melakukan rujukan ke profesional kesehatan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.
Pada tahun 2023 sampai 2024, National Health Service (NHS) berharap pasien yang dapat dirujuk ke profesional medis menjadi 900.000 orang per tahun.
Mengingat kesepian banyak dialami oleh kelompok orangtua, memahami hubungan antara kondisi dan penggunaan perawatan primer menjadi sangat penting.
Baca Juga: 5 Penyebab Kucing Stres yang Jarang Disadari Oleh Pemilik
Saat ini, masih belum jelas apakah orang yang menderita kesepian yang melakukan kunjungan ke dokter karena efek kesehatan mental yang negatif, atau hanya karena mereka ingin mengajak seseorang bicara untuk memerangi kesepian mereka.
Dr. Sirois, yang merupakan seorang Pembaca Psikologi Kesehatan dan Sosial di Universitas Sheffield sekaligus penulis studi, mengatakan bahwa kebijakan kesehatan masyarakat yang ditujukan untuk meningkatkan kesehatan serta mengurangi pemanfaatan layanan, cenderung fokus pada gaya hidup dan perilaku kesehatan yang buruk.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Body Lotion di Indomaret untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Rawat Garis Penuaan
- 7 Rekomendasi Lipstik Transferproof untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp20 Ribuan
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 14 November: Ada Beckham 111, Magic Curve, dan Gems
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 6 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp2 Jutaan
Pilihan
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Terbaru Update Satgas PASTI OJK: Ada Pindar Terkenal
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
Terkini
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia
-
Vape Bukan Alternatif Aman: Ahli Ungkap Risiko Tersembunyi yang Mengintai Paru-Paru Anda