Suara.com - Seorang laki-laki Texas yang dijuluki "Polio Paul" adalah salah satu orang terakhir di dunia yang masih memiliki paru-paru besi.
Paul Alexander, 75, menggantungkan hidupnya pada alat itu sejak ia tertular penyakit mematikan hampir tujuh dekade lalu.
Ventilator - yang ditemukan pada 1920-an - berjajar di bangsal rumah sakit di tengah wabah polio yang melanda AS hingga paruh kedua abad terakhir.
Pada tahun 1959, 1.200 orang Amerika mengandalkan paru-paru besi untuk tetap hidup, tetapi mesin secara bertahap menjadi berkurang setelah penyebaran vaksin polio secara luas.
Pada tahun 1979, AS dinyatakan bebas polio, dan pada tahun 2014, hanya ada 10 orang Amerika yang tersisa menggunakan paru-paru besi.
Sekarang, menurut Guardian, Alexander adalah salah satu dari hanya dua warga AS yang tetap bergantung pada paru-paru besi, dan dia ingin berbagi ceritanya.
Alexander terjangkit polio pada tahun 1952 ketika dia berusia 6 tahun dan tinggal bersama keluarganya di pinggiran kota Dallas.
"Saya kehilangan segalanya: kemampuan untuk bergerak, kaki saya tidak bisa menahan saya dan kemudian saya tidak bisa bernapas," kenangnya dalam video yang dibagikan oleh Reuters.
Saat masih muda, ia menjadi lumpuh dari pinggang ke bawah dan dilarikan ke rumah sakit dan dipasangkan paru-paru besi.
Baca Juga: Studi Baru: Paru-Paru akan 'Mengingat' Infeksi Covid-19 yang Pernah Menyerangnya
Paru-paru besi adalah kapsul kedap udara yang menyedot oksigen melalui tekanan negatif, memungkinkan paru-paru mengembang dan pasien bernafas, lapor Medscape. Alat ini besar dan tidak praktis dan mengharuskan orang yang menggunakannya untuk berbaring di dalam selama operasi.
Mengingat kelumpuhan Alexander, dan ketergantungannya pada mesin besar, dokter mengurangi harapan mereka untuk masa depannya - tetapi "Polio Paul" tidak akan menyerah.
“Saya tidak pernah menyerah, dan saya [masih] tidak akan menyerah,” tegas Alexander dalam video barunya.
Alexander, yang mengaku "tidak suka hanya menonton TV" sepanjang hari, mulai belajar dan lulus dari sekolah menengah dengan pujian.
Mimpinya menjadi pengacara mengalami kemunduran ketika dia awalnya ditolak masuk perguruan tinggi karena kecacatannya. Namun, setelah dua tahun terus-menerus gigih, dia diterima di Universitas Southern Methodist dengan beasiswa.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Pilihan Produk Viva untuk Menghilangkan Flek Hitam, Harga Rp20 Ribuan
- 7 Mobil Bekas di Bawah Rp50 Juta untuk Anak Muda, Desain Timeless Anti Mati Gaya
- 7 Rekomendasi Mobil Matic Bekas di Bawah 50 Juta, Irit dan Bandel untuk Harian
- 5 Mobil Mungil 70 Jutaan untuk Libur Akhir Tahun: Cocok untuk Milenial, Gen-Z dan Keluarga Kecil
- 7 Sunscreen Mengandung Niacinamide untuk Mengurangi Flek Hitam, Semua di Bawah Rp60 Ribu
Pilihan
-
BREAKING NEWS! Raja Keraton Solo PB XIII Hangabehi Wafat
-
Harga Emas Turun Hari ini: Emas Galeri di Pegadaian Rp 2,3 Jutaan, Antam 'Kosong'
-
Trik Rahasia Belanja Kosmetik di 11.11, Biar Tetap Hemat dan Tetap Glowing
-
4 HP Memori 512 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer dan Konten Kreator
-
3 Rekomendasi HP Infinix 1 Jutaan, Speknya Setara Rp3 Jutaan
Terkini
-
Mitos atau Fakta: Biopsi Bisa Bikin Kanker Payudara Menyebar? Ini Kata Ahli
-
Stroke Mengintai, Kenali FAST yang Bisa Selamatkan Nyawa dalam 4,5 Jam!
-
Dari Laboratorium ITB, Lahir Teknologi Inovatif untuk Menjaga Kelembapan dan Kesehatan Kulit Bayi
-
Manfaatkan Musik dan Lagu, Enervon Gold Bantu Penyintas Stroke Temukan Cara Baru Berkomunikasi
-
Gerakan Peduli Kanker Payudara, YKPI Ajak Perempuan Cintai Diri Lewat Hidup Sehat
-
Krisis Iklim Kian Mengancam Kesehatan Dunia: Ribuan Nyawa Melayang, Triliunan Dolar Hilang
-
Pertama di Indonesia: Terobosan Berbasis AI untuk Tingkatkan Akurasi Diagnosis Kanker Payudara
-
Jangan Abaikan! SADANIS: Kunci Selamatkan Diri dari Kanker Payudara yang Sering Terlewat
-
Langkah Krusial Buat Semua Perempuan, Gerakan Nasional Deteksi Dini Kanker Payudara Diluncurkan
-
Dukung Ibu Bekerja, Layanan Pengasuhan Modern Hadir dengan Sentuhan Teknologi