Suara.com - Stroke adalah kondisi medis serius yang mengancam jiwa. Kondisi ini terjadi ketika suplai darah ke bagian otak terputus.
Gejala yang harus diwaspadai adalah wajah terkulai ke satu sisi. Komplikasinya membutuhkan respons yang cepat: semakin cepat seseorang menerima perawatan untuk stroke, semakin sedikit kerusakan yang mungkin terjadi.
Secara alami, mencegah lebih baik daripada mengobati dan dapat mengubah risiko dengan merombak pola makan. Mengetahui apa yang harus dimakan dan dihindari mungkin tampak jelas, tetapi penelitian terkadang memunculkan temuan yang mengaburkan batas.
Satu temuan yang mengejutkan adalah bahwa telur dapat dikaitkan dengan peningkatan risiko terkena stroke.
Demikian kesimpulan sebuah penelitian yang dipublikasikan di European Heart Journal. Temuan ini sangat mengejutkan karena telur merupakan sumber vitamin dan mineral yang melimpah, seperti vitamin D, A, dan B2.
Para peneliti menyelidiki hubungan antara makanan utama dan serat makanan dengan subtipe stroke dalam kohort prospektif yang besar.
Mereka menganalisis data pada 418.329 pria dan wanita dari sembilan negara Eropa, dengan rata-rata 12,7 tahun masa tindak lanjut.
Diet dinilai menggunakan kuesioner spesifik negara yang divalidasi yang menanyakan tentang asupan kebiasaan selama setahun terakhir.
Para peneliti meneliti hubungan antara kejadian stroke dan konsumsi daging merah dan olahan, unggas, ikan, makanan susu, telur, sereal, buah dan sayuran, kacang-kacangan, kacang-kacangan dan biji-bijian, dan serat makanan.
Baca Juga: Biasa Jajan Pinggir Jalan, Satu Geng Mati Gaya Lihat Tagihan Makan di Restoran Mewah
Untuk stroke iskemik, risiko yang lebih rendah diamati dengan konsumsi yang lebih tinggi dari kombinasi buah dan sayuran, serat makanan, susu dan keju.
Daging merah dikaitkan dengan peningkatan risiko, yang sama sekali tidak mengejutkan.
Namun, "untuk stroke hemoragik, risiko yang lebih tinggi dikaitkan dengan konsumsi telur yang lebih tinggi", para peneliti mengamati.
"Risiko stroke iskemik berbanding terbalik dengan konsumsi buah dan sayuran, serat makanan, dan produk susu, sedangkan risiko stroke hemoragik berhubungan positif dengan konsumsi telur," mereka menyimpulkan.
Penelitian lain menemukan sarapan pokok mengurangi risiko stroke. Stroke iskemik adalah jenis stroke yang paling umum dan stroke hemoragik (juga dikenal sebagai perdarahan serebral atau perdarahan intrakranial) lebih jarang terjadi dibandingkan stroke iskemik.
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
Pilihan
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
-
Proyek Ponpes Al Khoziny dari Tahun 2015-2024 Terekam, Tiang Penyangga Terlalu Kecil?
Terkini
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif
-
Fenomena Banyak Pasien Kanker Berobat ke Luar Negeri Lalu Lanjut Terapi di Indonesia, Apa Sebabnya?
-
Anak Percaya Diri, Sukses di Masa Depan! Ini yang Wajib Orang Tua Lakukan!
-
Produk Susu Lokal Tembus Pasar ASEAN, Perkuat Gizi Anak Asia Tenggara
-
Miris! Ahli Kanker Cerita Dokter Layani 70 Pasien BPJS per Hari, Konsultasi Jadi Sebentar
-
Silent Killer Mengintai: 1 dari 3 Orang Indonesia Terancam Kolesterol Tinggi!