Suara.com - Pemerintah tengah bersiaga mencegah kenaikan kasus Covid-19, jelang periode libur libur Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Juru Bicara Satgas COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito menegaskan setidaknya ada 4 indikator mempengaruhinya dan menjadi pemicu, yakni mobilitas penduduk, cakupan vaksinasi, kepatuhan protokol kesehatan dan angka Reproduksi efektif (RT) atau tingkat penularan/infektivitas virus.
Keempat indikator ini harus diperhatikan dengan cermat dengan belajar dari pengalaman dari periode yang sama sebelumnya.
"Tidak bosan saya sampaikan bahwa mencegah lebih baik daripada mengobati. Untuk itu, langkah preventif dari perilaku yang dapat meningkatkan potensi penularan," Wiku mengutip situs resmi Satgas Covid-19.
Wiku menegaskan bahwa langkah preventif lebih baik ketimbang langkah kuratif. Karena, apabila tingkat penularan dan mobilitas penduduk dapat dikendalikan, serta cakupan vaksinasi dan kepatuhan protokol kesehatan terus meningkat, maka semakin rendah potensi terjadinya kenaikan kasus pasca libur panjang.
Adapun dari 4 indikator yang disebutkan sebelumnya, Pertama adalah mobilitas. Mobilitas penduduk saat ini terus meningkat dibandingkan saat lonjakan kasus kedua di bulan Juli lalu.
Peningkatan setidaknya pada 5 titik, yaitu Pusat belanja (retail dan rekreasi), Ruang Terbuka Publik/Taman, Perkantoran dan Lokasi transit.
Peningkatan mobilitas saat ini menyerupai pada periode libur Idul Fitri 2021 lalu. Di mana saat itu menjadi kenaikan mobilitas tertinggi sepanjang pandemi.
"Artinya, peningkatan mobilitas ini perlu diwaspadai karena pada periode libur Idul Fitri 2021 lalu, dengan mobilitas yang tinggi tersebut menjadi salah satu pemicu adanya lonjakan kasus kedua," jelas Wiku.
Baca Juga: Cegah Kenaikan Kasus Covid-19 Saat Nataru, Mobilitas Wajib Diturunkan 40 Persen
Adanya peningkatan ini mendesak dikendalikan agar tidak memicu kenaikan kasus kedepannya. Caranya dengan mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam berkegiatan, serta mengurangi mobilitas yang tidak diperlukan.
Selain itu, mobilitas yang tinggi ini perlu dibarengi dengan peningkatan skrining COVID-19 dengan memasifkan testing, dan juga tetap melaksanakan protokol kesehatan dengan baik.
Indikator kedua, cakupan vaksinasi dosis ke-2 disandingkan dengan persentase kabupaten/kota melapor dengan kepatuhan memakai masker dan menjaga jarak yang rendah. Karena, kekebalan tubuh yang optimal hanya dapat dicapai setelah seseorang divaksin dengan dosis lengkap.
Selanjutnya, untuk dapat melindungi suatu daerah dengan lebih maksimal tentunya harus setidaknya mencakup 70 persen dari populasi.
Indikator ketiga, protokol kesehatan. Hal ini sangat penting untuk dijalankan dengan atau tanpa vaksinasi, karena itu adalah modal dasar dan utama dalam menghadapi pandemi ini.
Sayangnya dari 34 Provinsi di Indonesia, ternyata 22 Provinsi masih memiliki persen cakupan vaksinasi dosis lengkap yang lebih rendah dari angka nasional, yaitu 40,42%.
Berita Terkait
-
Kasus Kembali Meledak di Jakarta, Pramono Anung: COVID-19 Urusan Menkes!
-
Waspada Covid-19, Pakar Paru Sarankan Pemerintah Kembali Beri Vaksin Untuk Kelompok Rentan
-
Kasus Covid-19 Naik di Negara Tetangga, DKI Imbau Vaksinasi Sebelum ke Luar Negeri
-
Covid-19 Mengintai Lagi? Begini Kondisi Terkini di Jakarta Menurut Dinas Kesehatan
-
Kasus COVID-19 di Indonesia Mulai Naik, Ini Perbandingan Update Virus Corona Asia Tenggara
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
- 5 Rekomendasi Sepatu Running Selevel Adidas Adizero Versi Lokal, Lentur dan Kuat Tahan Beban
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis