Suara.com - Dokter spesialis onkologi, Dr. Bajuadji SpB (K) Onk. MARS, mengaku belum pernah menangani pasien terkena kanker karena keracunan Bisphenol A (BPA) dari kemasan pangan. Menurutnya, mayoritas pasien kanker itu disebabkan faktor turunan, selebihnya dari faktor lingkungan yang disebabkan zat kimia, radiasi, sinar ultraviolet atau zat karsinogen misalnya zat pewarna, atau formalin yang ada pada makanan.
Hal ini dikemukakannya dalam sebuah webinar bertajuk “Keamanan Menggunakan Air Galon Guna Ulang di Tengah Isu BPA”, Jakarta, Selasa (16/11/2021).
Hal senada juga disampaikan dr. Alamsyah. Menurutnya, belum ada seorang ibu hamil yang janinnya terganggu kesehatannya hanya karena mengkonsumsi air galon guna ulang, yang kemasannya berbahan BPA.
Alamsyah menyebut, faktor utama yang mempengaruhi kesehatan janin itu adalah asupan gizi. Selain itu juga kebiasaan merokok, meminum alkohol, penyakit yang sudah diidap ibu terutama penyakit jantung, diabetes, dan keadaan trauma.
Belakangan ini, banyak pihak yang masih salah menafsirkan soal BPA. Zat kimia ini sering disamakan dengan bentuk polimernya yang ada dalam sebuah kemasan pangan.
Dalam bentuk monomernya, BPA memang merupakan zat berbahaya yang sama dengan zat kimia lainnya dalam garam, yang digunakan untuk makanan dan asetaldehida dalam kemasan yang terbuat dari bahan Polietilena Terepthalat (PET). Tapi bentuk polimernya dalam kemasan pangan, sudah ada kepastian dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) bahwa bahan-bahan itu aman untuk digunakan.
Kepastian keamanan kemasan pangan yang terbuat dari BPA ini juga dibuktikan dari belum adanya laporan dari para konsumen ke Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) maupun dokter-dokter spesialis. Zat BPA disebutkan bisa mempengaruhi kesehatan bayi dan janin pada ibu hamil serta berisiko kanker.
Ada beberapa fakta yang menunjukkan bahwa BPA dalam kemasan pangan itu aman dikonsumsi dan belum pernah menjadi penyebab penyakit pada konsumen.
Pertama, pernyataan dari dokter spesialis anak dan kandungan yang mengaku, sejauh pengalaman prakteknya belum pernah menemukan adanya penyakit pasiennya yang disebabkan karena keracunan BPA dari kemasan pangan.
Pada kesempatan lain, Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia Prof. DR. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, SpPD-KHOM, FINASIM, FACP juga mengatakan, belum ada bukti air galon guna ulang menyebabkan penyakit kanker.
Begitu juga dengan dokter spesialis anak, Dr. dr. Farabi El Fouz, Sp.A, M.Kes. Menurutnya, selain aman untuk ibu hamil, penggunaan air galon guna ulang ini juga aman dikonsumsi anak-anak balita.
Baca Juga: Kemasan Plastik Mengandung BPA, Kepala BPOM: Saya Baru Paham
Kedua, YLKI juga mengakui belum pernah menerima pengaduan dari konsumen terkait bahaya penggunaan kemasan pangan berbahan BPA.
“Kalau untuk pengaduan khusus untuk wadahnya atau kemasannya, kami belum pernah menerima pengaduan dari konsumen hingga saat ini. Tapi kalau produknya, isinya, misalnya makanannya atau minumannya rusak, itu ada,” kata Koordinator Pengaduan dan Hukum YLKI, Sularsi.
Ketiga, pernyataan dari Badan Standardisasi Nasional (BSN) bahwa semua kemasan pangan yang sudah memiliki SNI aman untuk digunakan, seperti disampaikan Direktur Pengembangan Standar Agro, Kimia, Kesehatan dan Halal BSN, Wahyu Purbowasito. Menurutnya, produk yang sudah memiliki logo SNI sudah melalui pemeriksaan (audit), baik dari sisi kesesuaian produk terhadap SNI yang ada maupun konsistensinya, termasuk parameter yang melindungi konsumen dari bahaya akibat penggunaan produk tersebut.
“Bisa dipastikan, kemasan yang sudah ber-SNI itu aman untuk kesehatan,” katanya.
Keempat, penjelasan BPOM RI tentang kandungan BPA pada kemasan air galon guna ulang yang dirilis pada 29 Juni 2021. BPOM MENYATAKAN, kemasan ini aman digunakan karena migrasi BPA-nya jauh di bawah batas migrasi maksimal BPA, YAITU sebesar 0,6 bagian per juta (bpj, mg/kg) sesuai ketentuan dalam Peraturan Badan POM Nomor 20 Tahun 2019 tentang Kemasan Pangan.
Dari fakta-fakta tersebut, jelas tidak ada yang menunjukkan bahwa kemasan pangan berbahan BPA itu telah menyebabkan kegelisahan di masyarakat atau konsumen. Artinya, bahan kemasan pangan itu masih aman untuk digunakan karena belum terbukti membahayakan kesehatan konsumen.
Berita Terkait
-
Bolehkah Ibu Hamil Donor Plasma dan Donor Darah? Ini Saran Ahli!
-
Studi Baru: Ibu Hamil dengan Covid-19 Lebih Berisiko Meninggal saat Melahirkan
-
Daftar Makanan untuk Ibu Hamil Muda, Wajib Diingat Semua Calon Ibu Baru
-
Daftar Makanan yang Dilarang untuk Ibu Hamil, Ternyata Ada 3 Buah-buahan
-
Konsumsi yang Teratur, Daftar 5 Makanan untuk Ibu Hamil Sehat dan Bergizi
Terpopuler
- 5 Perbedaan Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia yang Sering Dianggap Sama
- 5 Mobil Bekas yang Perawatannya Mahal, Ada SUV dan MPV
- 5 Mobil SUV Bekas Terbaik di Bawah Rp 100 Juta, Keluarga Nyaman Pergi Jauh
- Sulit Dibantah, Beredar Foto Diduga Ridwan Kamil dan Aura Kasih Liburan ke Eropa
- 13 Promo Makanan Spesial Hari Natal 2025, Banyak Diskon dan Paket Hemat
Pilihan
-
Libur Nataru di Kota Solo: Volume Kendaraan Menurun, Rumah Jokowi Ramai Dikunjungi Wisatawan
-
Genjot Daya Beli Akhir Tahun, Pemerintah Percepat Penyaluran BLT Kesra untuk 29,9 Juta Keluarga
-
Genjot Konsumsi Akhir Tahun, Pemerintah Incar Perputaran Uang Rp110 Triliun
-
Penuhi Syarat Jadi Raja, PB XIV Hangabehi Genap Salat Jumat 7 Kali di Masjid Agung
-
Satu Indonesia ke Jogja, Euforia Wisata Akhir Tahun dengan Embel-embel Murah Meriah
Terkini
-
Gigi Goyang Saat Dewasa? Waspada! Ini Bukan Sekadar Tanda Biasa, Tapi Peringatan Serius dari Tubuh
-
Bali Menguat sebagai Pusat Wellness Asia, Standar Global Kesehatan Kian Jadi Kebutuhan
-
Susu Creamy Ala Hokkaido Tanpa Drama Perut: Solusi Nikmat buat yang Intoleransi Laktosa
-
Tak Melambat di Usia Lanjut, Rahasia The Siu Siu yang Tetap Aktif dan Bergerak
-
Rahasia Sendi Kuat di Usia Muda: Ini Nutrisi Wajib yang Perlu Dikonsumsi Sekarang
-
Ketika Anak Muda Jadi Garda Depan Pencegahan Penyakit Tak Menular
-
GTM pada Anak Tak Boleh Dianggap Sepele, Ini Langkah Orang Tua untuk Membantu Nafsu Makan
-
Waspada! Pria Alami Sperma Kosong hingga Sulit Punya Buat Hati, Dokter Ungkap Sebabnya
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek