Suara.com - Seorang wanita bernama Leanne Willian dari Boston, Inggris muntah sebanyak 70 kali sehari karena menderita penyakit langka. Pada 2008 silam, wanita usia 39 tahun ini didiagnosis menderita gastroparesis yang mengubah hidupnya.
Gastroparesis adalah suatu kondisi di mana perut tidak bisa mengosongkan dirinya secara lami, sehingga membuat penderitanya merasa mual, muntah, dan sakit.
Gastroparesis juga bisa diartikan sebagai kelumpuhan sebagian lambung. Kondisi langka ini mempengaruhi 1 dari 100 ribu orang.
Pada gangguan ini dilansir dari Times of India, otot dan saraf tidak bisa bekerja secara normal, memperlambat proses pencernaan dan mempersulit pengosongan diri.
Kontraksi otot yang kuat mendorong makanan melalui saluran pencernaan Anda. Saat makanan tetap berada di saluran pencernaan, kondisi ini akan menyebabkan mual, muntah, dan sakit perut.
Penyebab gastroparesis pun masih belum jelas. Tapi, para ahli percaya bahwa kadar gula darah yang tak terkendali pada kasus diabetes tipe 2 bisa menjadi faktor risiko.
Beberapa obat seperti nyeri opioid, antidepresan, dan obat tekanan darah tinggi serta alergi juga bisa memperlambat proses pencernaan.
Di tubuh kita, saraf vagus memberi sinyal pada otot-otot di perut di berkontraksi dan mendorong makanan dari usus kecil ke usus besar. Ketika saraf ini rusak, ini tidak bisa mengirim sinyal sehingga menyebabkan makanan tetap berada di perut lebih lama.
Gejala gastroparesis
Baca Juga: Tak Hanya untuk Bumbu Makanan, Ini 3 Manfaat Jahe Sebagai Obat Alternatif
Gejala gastroparesis pun seringkali tumpang tindih dengan masalah perut lainnya. Gejala gastroparesis yang paling khas, termasuk:
- Muntah dan mual
- Perut kembung
- Sakit perut
- Merasa kenyang
- Refluks asam
- Perubahan kadar gula darah
- Kurang nafsu makan
Pengobatan untuk gastroparesis ini pun tergantung pada tingkat keparahan kondisinya. Dokter bisa melakukan tindakan operasi atau merekomendasikan diet khusus.
Orang yang menderita kondisi ini biasanya disarankan untuk makan dalam porsi kecil secara berkala, mengunyah makanan dengan benar dan dan konsumsi makanan yang sudah matang.
Pada kondisi parah, mereka mungkin harus menjalani operasi dengan memasangkan alat pacu jantung di perut untuk mempermudah prosesnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
4 HP Memori 256 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer yang Ingin Install Banyak Game
-
Disebut Menteri Berbahaya, Menkeu Purbaya Langsung Skakmat Hasan Nasbi
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
Terkini
-
Ginjal Rusak Tanpa Gejala? Inovasi Baru Ini Bantu Deteksi Dini dengan Akurat!
-
Apotek Bisa Jadi Garda Depan Edukasi dan Deteksi Dini Stunting, Begini Perannya
-
Tak Sekadar Air Putih, Ini Alasan Artesian Water Jadi Tren Kesehatan Baru
-
Vitamin C dan Kolagen: Duo Ampuh untuk Kulit Elastis dan Imunitas Optimal
-
Smart Hospital, Indonesia Mulai Produksi Tempat Tidur Rumah Sakit yang Bisa 'Baca' Kondisi Pasien
-
Tren Minuman Bernutrisi: Dari Jamu ke Collagen Drink, Inovasi Kesehatan yang Jadi Gaya Hidup Baru
-
Perawatan Komprehensif untuk Thalasemia: Dari Transfusi hingga Dukungan Psikologis
-
Indonesia Kaya Tanaman Herbal, Kenapa Produksi Obat Alami Dalam Negeri Lambat?
-
Supaya Anak Peduli Lingkungan, Begini Cara Bangun Karakter Bijak Plastik Sejak Dini
-
Kemendagri Dorong Penurunan Angka Kematian Ibu Lewat Penguatan Peran TP PKK di Daerah