Suara.com - Tahi lalat dibagian kulit yang terbuka seperti wajah, terkadang terasa menganggu bagi yang mengalaminya. Keberadaan tahi lalat juga bisa jadi mengkhawatirkan jika disadari makin membesar bahkan menimbulkan bercak kemerahan di kulit.
Dokter spesialis penyakit dalam prof. dr. Zubairi Djurban menjelaskan bahwa tahi lalat bisa muncul akibat pertumbuhan melanosit di kulit. Melanosit adalah sel-sel pada lapisan kulit yang akan memproduksi melanin (pigmen pemberi warna pada kulit, rambut, dan mata). Jika terkena sinar matahari, melanin akan membuat kulit berwarna lebih gelap.
"Umumnya, tahi lalat muncul pada usia 6-12 bulan dan akan bertambah banyak seiring pertambahan usia. Kemudian berhenti pada usia 40," jelas dokter Zubairi, dikutip dari rulisannya di Twitter, Kamis (9/12/2021).
Ada dua faktor yang bisa mempengaruhi tumbuhnya tahi lalat. Yakni, faktor genetik dan paparan sinar matahari. Oleh karena itu, tahi lalat biasanya ada pada daerah kulit yang terkena sinar matahari.
Dokter Zubairi menjelaskan bahwa tahi lalat yang sering berubah jadi kanker kulit merupakan tahi lalat yang punya tepi tidak beraturan dan batas sekitar yang tidak tegas. Tahi lalat seperti itu juga dapat ditemui pada daerah-daerah yang tidak terpapar sinar matahari. Seperti kulit sekitar pinggang, payudara, dan bokong.
"Tanda lain yang mengarah ke kanker adalah tahi lalat itu cenderung tidak rata. Kemudian memiliki warna berbeda, tidak seperti tahi lalat jinak yang biasanya cuma satu warna. Bisa merah atau kebiruan," jelasnya.
Secara normal, tahi lalat memang dapat berubah dari yang semula datar menjadi timbul. Atau yang semula sudah menonjol, menjadi makin besar. Namun, membesarnya tahi lalat bisa jadi normal, tapi bisa juga kelainan yang berpotensi kanker.
"Maka itu perlu diperhatikan, apakah di kulit Anda ada tanda-tanda yang seperti disebutkan tadi. Jika iya, ada baiknya memeriksakan diri ke dokter. Untuk kepastiannya lagi, tahi lalat tersebut dapat dibiopsi," pungkasnya.
Baca Juga: Bukan Kemoterapi, Cara Ini Dinilai Lebih Minim Efek Samping dalam Mengobati Kanker
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- Bobibos Bikin Geger, Kapan Dijual dan Berapa Harga per Liter? Ini Jawabannya
- 6 Rekomendasi Cushion Lokal yang Awet untuk Pekerja Kantoran, Makeup Anti Luntur!
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
Pilihan
-
Pakai Bahasa Pesantren! BP BUMN Sindir Perusahaan Pelat Merah Rugi Terus: La Yamutu Wala Yahya
-
Curacao dan 10 Negara Terkecil yang Lolos ke Piala Dunia, Indonesia Jauh Tertinggal
-
Danantara Soroti Timpangnya Setoran Dividen BUMN, Banyak yang Sakit dan Rugi
-
Mengapa Pertamina Beres-beres Anak Usaha? Tak Urus Lagi Bisnis Rumah Sakit Hingga Hotel
-
Pandu Sjahrir Blak-blakan: Danantara Tak Bisa Jauh dari Politik!
Terkini
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis
-
Dokter Kandungan Akui Rahim Copot Nyata Bisa Terjadi, Bisakah Disambungkan Kembali?
-
Klinik Safe Space, Dukungan Baru untuk Kesehatan Fisik dan Mental Perempuan Pekerja
-
Mengubah Cara Pandang Masyarakat Terhadap Spa Leisure: Inisiatif Baru dari Deep Spa Group
-
Terobosan Baru Lawan Kebutaan Akibat Diabetes: Tele-Oftalmologi dan AI Jadi Kunci Skrining
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025