Suara.com - Seorang lelaki asal Selandia Baru diduga mendapat 10 dosis vaksin Covid-19 yang disuntikkan hanya dalam satu hari, setelah dibayar oleh orang lain untuk mendapatkan suntikan atas nama mereka.
Dilansir Oddity Central saat ini Selandia Baru memang sedang mengejar tingkat vaksinasi lengkap 90 persen sebelum Natal.
Namun sayangnya, masih banyak warga yang mtidak mau melakukan vaksinasin, namun tetap mengincar sertifikat vaksin untuk memudahkan berbagai aktivitas mereka.
Jadi, mereka dilaporkan mencoba untuk menghindari sistem dengan membayar orang lain untuk mendapatkan vaksinasin atas nama mereka. Dan, dengan harga tersebut, orang-orang rupanya rela disuntik hingga 10 dosis vaksin ke dalam tubuh mereka.
Pekan lalu, situs berita Selandia Baru, Stuff melaporkan kasus mengejutkan dari seorang lelaki yang tidak disebutkan namanya. Ia diduga telah melakukan vaksinasi Covid-19 hingga 10 kali dalam satu hari atas nama orang lain, mendorong penyelidikan oleh Kementerian Kesehatan.
Orang tersebut dilaporkan mengunjungi beberapa pusat vaksinasi di Auckland dan menerima vaksin Covid-19 beberapa kali atas nama orang lain yang membayar "layanan" tersebut.
Dia bisa melakukannya karena, untuk mendapatkan suntikan, seseorang hanya perlu memberikan nama, tanggal lahir, dan alamat fisiknya kepada petugas kesehatan. Tidak diperlukan identifikasi foto.
“Orang-orang yang tidak memiliki bentuk identifikasi foto adalah orang-orang yang tidak proporsional dalam kelompok rentan – tunawisma atau transien, orang tua, orang muda, orang cacat – dan kami tidak ingin membuat hambatan untuk vaksinasi mereka,” juru bicara untuk kampanye vaksinasi mengatakan.
Meskipun tidak ada data tentang efek penggunaan vaksin dengan cara ini, ahli vaksin mengatakan bahwa orang tersebut mungkin tidak menderita bahaya serius.
Baca Juga: Warga Takalar Antusias Ikut Vaksinasi, Pemprov Sulsel Target 70 Persen Hingga Akhir Tahun
Namun, mereka mungkin perlu mengatasi efek samping yang lebih intens seperti demam, sakit kepala, dan nyeri umum, tetapi tidak ada yang terlalu serius.
“Kami tahu bahwa dosis yang lebih tinggi menghasilkan reaksi vaksin yang lebih umum, seperti demam dan sakit kepala dan nyeri, jadi mungkin dia akan merasa sangat pusing keesokan harinya,” kata Helen Petousis-Harris, dari University of Auckland.
Berita Terkait
Terpopuler
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- 19 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 5 Oktober: Ada 20.000 Gems dan Pemain 110-113
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
- 3 Shio Paling Beruntung Pekan Kedua 6-12 Oktober 2025
- Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Kota Makassar Bulan Oktober 2025
Pilihan
-
Seruan Menggetarkan Patrick Kluivert Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
-
Perbandingan Spesifikasi vivo V60 Lite 4G vs vivo V60 Lite 5G, Kenali Apa Bedanya!
-
Dana Transfer Dipangkas, Gubernur Sumbar Minta Pusat Ambil Alih Gaji ASN Daerah Rp373 T!
-
Menkeu Purbaya 'Semprot' Bobby Nasution Cs Usai Protes TKD Dipotong: Perbaiki Dulu Kinerja Belanja!
-
Para Gubernur Tolak Mentah-mentah Rencana Pemotongan TKD Menkeu Purbaya
Terkini
-
Mulai Usia Berapa Anak Boleh Pakai Behel? Ria Ricis Bantah Kabar Moana Pasang Kawat Gigi
-
Varises Mengganggu Penampilan dan Kesehatan? Jangan Panik! Ini Panduan Lengkap Mengatasinya
-
Rahasia Awet Muda Dibongkar! Dokter Indonesia Bakal Kuasai Teknologi Stem Cell Quantum
-
Belajar dari Kasus Ameena, Apakah Permen Bisa Membuat Anak Sering Tantrum?
-
Bukan Sekadar Gadget: Keseimbangan Nutrisi, Gerak, dan Emosi Jadi Kunci Bekal Sehat Generasi Alpha
-
Gerakan Kaku Mariah Carey saat Konser di Sentul Jadi Sorotan, Benarkah karena Sakit Fibromyalgia?
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya