Suara.com - Belakangan spinal cord injury menajdi pembahasan di kalangan masyarakat. Pembasan itu muncul setelah selebgram Edelenyi Laura Anna meninggal setelah berjuang mengalami spinal cord injury usai kecelakaan mobil.
Dilansir dari situs Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) istilah spinal cord injury atau'cedera tulang belakang' mengacu pada kerusakan pada sumsum tulang belakang akibat trauma (misalnya kecelakaan mobil) atau dari penyakit atau degenerasi (misalnya kanker).
Tidak ada perkiraan prevalensi global yang dapat jadi acuan, tetapi perkiraan kejadian global tahunan adalah 40 hingga 80 kasus per juta penduduk. Hingga 90 persen dari kasus ini disebabkan oleh penyebab traumatis, meskipun proporsi cedera tulang belakang non-trauma tampaknya meningkat.
Gejala cedera tulang belakang tergantung pada tingkat keparahan cedera dan lokasinya di sumsum tulang belakang. Gejala mungkin termasuk hilangnya sebagian atau seluruh fungsi sensorik atau kontrol motorik lengan, kaki dan/atau tubuh.
Cedera tulang belakang yang paling parah mempengaruhi sistem yang mengatur kontrol usus atau kandung kemih, pernapasan, detak jantung dan tekanan darah. Kebanyakan orang dengan cedera tulang belakang mengalami nyeri kronis.
Laki-laki paling berisiko pada usia dewasa muda (20-29 tahun) dan usia yang lebih tua (70+). Wanita paling berisiko pada masa remaja (15-19) dan usia yang lebih tua (60+). Studi melaporkan rasio pria-wanita minimal 2:1 di antara orang dewasa, kadang-kadang jauh lebih tinggi.
Risiko kematian tertinggi pada tahun pertama setelah cedera dan tetap tinggi dibandingkan dengan populasi umum. Orang dengan cedera tulang belakang 2 sampai 5 kali lebih mungkin meninggal sebelum waktunya dibandingkan orang tanpa spinal cord injury.
Risiko kematian meningkat dengan tingkat dan keparahan cedera dan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan perawatan medis yang tepat waktu dan berkualitas. Metode transfer ke rumah sakit setelah cedera dan waktu masuk rumah sakit merupakan faktor penting.
Kondisi sekunder yang dapat dicegah (misalnya infeksi dari ulkus dekubitus yang tidak diobati) tidak lagi menjadi penyebab utama kematian orang dengan cedera tulang belakang di negara-negara berpenghasilan tinggi, tetapi kondisi ini tetap menjadi penyebab utama kematian orang dengan cedera tulang belakang di negara-negara berpenghasilan rendah. negara-negara berpenghasilan.
Baca Juga: Jenazah Laura Anna Dikremasi Siang Nanti, Jam 10 Pagi Acara Tutup Peti
Berita Terkait
Terpopuler
- Terungkap! Kronologi Perampokan dan Penculikan Istri Pegawai Pajak, Pelaku Pakai HP Korban
- 5 Rekomendasi Motor yang Bisa Bawa Galon untuk Hidup Mandiri Sehari-hari
- 5 Bedak Padat yang Bagus dan Tahan Lama, Cocok untuk Kulit Berminyak
- 5 Parfum Aroma Sabun Mandi untuk Pekerja Kantoran, Beri Kesan Segar dan Bersih yang Tahan Lama
- 7 Pilihan Sepatu Lokal Selevel Hoka untuk Lari dan Bergaya, Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Minta Restu Merger, GoTo dan Grab Tawarkan 'Saham Emas' ke Danantara
-
SoftBank Sutradara Merger Dua Musuh Bebuyutan GoTo dan Grab
-
Pertamina Bentuk Satgas Nataru Demi Pastikan Ketersediaan dan Pelayanan BBM
-
Jenderal TNI Muncul di Tengah Konflik Lahan Jusuf Kalla vs GMTD, Apa Perannya?
-
Geger Keraton Solo: Putra PB XIII Dinobatkan Mendadak Jadi PB XIV, Berujung Walkout dan Keributan
Terkini
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia
-
Vape Bukan Alternatif Aman: Ahli Ungkap Risiko Tersembunyi yang Mengintai Paru-Paru Anda
-
Kesehatan Perempuan dan Bayi jadi Kunci Masa Depan yang Lebih Terjamin
-
8 Olahraga yang Efektif Menurunkan Berat Badan, Tubuh Jadi Lebih Bugar
-
Cara Efektif Mencegah Stunting dan Wasting Lewat Nutrisi yang Tepat untuk Si Kecil