Suara.com - Kasus virus corona omicron dilaporkan bertambah menjadi tiga pasien di Indonesia. Bahkan, saat ini sudah hampir 100 negara di dunia yang melaporkan kasus Omicron.
Menanggapi hal tersebut, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof. Tjandra Yoga Aditama menyarankan masyarakat disiapkan dalam menghadapi varian ini.
"Sebaiknya sekarang sudah dilakukan setidaknya simulasi dalam bentuk table top exercise dan lainnya. Masyarakat juga harus disiapkan untuk kemungkinan apa yang harus dilakukan kalau ada peningkatan kasus, identifikasi klaster dan lainnya," kata dia seperti dikutip dari ANTARA.
Tjandra menekankan orang-orang mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuk dan berharap yang terbaik termasuk memasuki akhir tahun saat ini.
"Dari kacamata kesehatan maka sudah harus disiagakan fasyankes, bukan hanya rumah sakit tetapi juga pelayanan kesehatan primer. Tentu perlu disiapkan roster daftar tenaga kalau-kalau nanti diperlukan, juga obat dan alat kesehatan," tutur dia.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin pada 16 Desember 2021 menyatakan Omicron sebagai ancaman terbesar kesehatan masyarakat dunia sekarang ini.
Menurut Tjandra, pemerintah perlu mengambil sikap terkait penganggulangan Omicron ini, termasuk segera mengidentifikasi seberapa besar penularan di masyarakat.
"Kasus pertama Tn N misalnya, diberitakan diduga tertular dari warga yang baru pulang dari Afrika, tentu akan baik kalau diinformasikan juga siapa saja anggota masyarakat lain yang sudah tertular, apakah semua sudah dikarantina, ke tempat mana saja mereka berkunjung sehingga masyarakat lain yang juga berkunjung ke tempat yang sama bisa waspada," kata Tjandra.
"Demikian juga dengan kasus-kasus lainnya yang sudah ada sekarang dan yang mungkin akan ada lagi di hari2 mendatang," imbuh dia.
Baca Juga: Banyak Warga Indonesia ke Luar Negeri, Menkes Minta Tempat Karantina Diperbanyak
Selain itu, perlu juga memperketat kemungkinan tambahan kasus dari luar negeri, dengan membatasi orang yang masuk, melakukan karantina yang ketat sampai 14 hari dan sebaiknya mengantisipasi agar jangan sampai ada yang lolos dengan berbagai alasan.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
Pilihan
-
Puluhan Siswa SD di Agam Diduga Keracunan MBG, Sekda: Dapurnya Sama!
-
Bernardo Tavares Cabut! Krisis Finansial PSM Makassar Tak Kunjung Selesai
-
Ada Adrian Wibowo! Ini Daftar Pemain Timnas Indonesia U-23 Menuju TC SEA Games 2025
-
6 Fakta Demo Madagaskar: Bawa Bendera One Piece, Terinspirasi dari Indonesia?
-
5 Rekomendasi HP 1 Jutaan RAM 8 GB Terbaru, Pilihan Terbaik Oktober 2025
Terkini
-
Miris! Ahli Kanker Cerita Dokter Layani 70 Pasien BPJS per Hari, Konsultasi Jadi Sebentar
-
Silent Killer Mengintai: 1 dari 3 Orang Indonesia Terancam Kolesterol Tinggi!
-
Jantung Sehat, Hidup Lebih Panjang: Edukasi yang Tak Boleh Ditunda
-
Siloam Hospital Peringati Hari Jantung Sedunia, Soroti Risiko AF dan Stroke di Indonesia
-
Skrining Kanker Payudara Kini Lebih Nyaman: Pemeriksaan 5 Detik untuk Hidup Lebih Lama
-
CEK FAKTA: Ilmuwan China Ciptakan Lem, Bisa Sambung Tulang dalam 3 Menit
-
Risiko Serangan Jantung Tak Pandang Usia, Pentingnya Layanan Terpadu untuk Selamatkan Nyawa
-
Bijak Garam: Cara Sederhana Cegah Hipertensi dan Penyakit Degeneratif
-
HD Theranova: Terobosan Cuci Darah yang Tingkatkan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal
-
Stres Hilang, Jantung Sehat, Komunitas Solid: Ini Kekuatan Fun Run yang Wajib Kamu Coba!