Suara.com - Sebanyak 10% orang dewasa memiliki tumor jinak, atau benjolan, yang dikenal sebagai 'adrenal incidentaloma' di kelenjar adrenal. Ini adalah kelenjar yang terletak di atas ginjal, fungsinya untuk memproduksi hormon.
Benjolan dapat dikaitkan dengan kelebihan produksi hormon, termasuk hormon stres kortisol. Kondisi ini dapat menyebabkan berkembangnya diabetes tipe 2 dan tekanan darah tinggi.
Sebelumnya, penelitian kecil menunjukkan bahwa satu dari tiga adrenal incidentaloma memproduksi kortisol berlebih, suatu kondisi yang disebut Mild Autonomous Cortisol Secretion (MACS).
Sekarang, tim peneliti internasional yang dipimpin oleh University of Birmingham Inggris melakukan studi prospektif besar terhadap lebih dari 1.305 pasien yang memiliki adrenal incidentaloma.
Peneliti ingin meneliti risiko tekanan darah tinggi dan diabetes tipe 2 serta produksi hormon kortisol dalam tubuh mereka, membandingkan pasien yang menderita dan tidak mengalami MACS.
Temuan riset, yang terbit pada Senin (3/1/2022) kemarin di jurnal Annals of Internal Medicine menunjukkan bahwa MACS jauh lebih umum dari yang dilaporkan pada studi sebelumnya.
Peneliti menemukan hampir setiap pasien yang memiliki tumor jinak adrenal incidentaloma mengalami MACS.
"Dibandingkan dengan peserta yang tidak mengalami MACS, pasien dengan MACS lebih mungkin didiagnosis hipertensi dan harus meminum obat agar tekanan darahnya terkontrol," ujar penulis studi Alessandro Prete.
Selain itu, pasien yang mengidap diabetes tipe 2 juga sekaligus mengalami MACS lebih mungkin harus diobati dengan insulin.
Baca Juga: Robby Purba Murka Gegara Sakit Tumor Payudara Dikaitkan Aktivitas Seksual
"Menunjukkan bahwa obat lain tidak membantu mengelola kadar gula darah mereka," sambung Prete.
Berdasarkan laporan Eurekalert, sebanyak 70% peserta studi adalah wanita dan kebanyakan dari mereka berusia pascamenopause atau di atas 50 tahun.
Prete menyimpulkan bahwa penelitiannya ini menemukan bahwa MACS sangat umum terjadi dan merupakan kondisi risiko seseorang memiliki tekanan darah tinggi dan diabetes tipe 2, terutama pada wanita usia lanjut.
Rekan peneliti lainnya, Wiebke Arlt, mengatakan bahwa mereka pun menetapkan bahwa MACS merupakan faktor risiko penting untuk tekanan darah tinggi dan diabetes tipe 2.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan
-
Fenomena Sadfishing di Media Sosial, Bagaimana Cara Mengatasinya?
-
5 Kesalahan Umum Saat Memilih Lagu untuk Anak (dan Cara Benarnya)