Suara.com - Indonesia diperkirakan akan mengalami gelombang ketiga Covid-19 akibat paparan virus corona varian omicron.
Namun diprediksi, peningkatan kasus yang terjadi akan lebih perlahan dibanding lonjakan kasus akibat Covid-19 varian delta seperti tahun lalu.
Epidemiolog Universitas Griffith Australia dr. Dicky Budiman menjelaskan bahwa masyarakat Indonesia saat ini telah lebih banyak memiliki antibodi Covid-19, dibanding ketika lonjakan kasus akibat delta yang terjadi pertengahan tahun lalu.
Selain karena sifat asli omicron, antibodi yang terbentuk pada masyarakat saat ini juga membuat orang yang positif virus corona kebanyakan tidak bergejala.
"Potensi gelombang ketiga masih moderat, karena orang yang memiliki imun sudah lebih banyak. Bukan karena omicron tidak berbahaya, omicron tetap berbahaya, tapi jumlah orang yang memiliki imunitas sedikit banyak meredam," kata dokter Dicky saat dihubungi suara.com, Kamis (6/1/2022).
Beda kondisinya dengan lonjakan kasus akibat delta, di mana ketika itu antibodi Covid-19 di masyarakat belum banyak terbentuk.
Selain itu, sifat varian delta yang memang lebih cepat menular dan menyebabkan keparahan penyakit, sehingga banyak pula kasus positif yang ditemukan.
Sementara lonjakan akibat varian omicron di Indonesia diperkirakan baru akan terlihat pada akhir Februari. Meski begitu, menurut dokter Dicky, bukan berarti penularan di masyarakat tidak tinggi dalam dua bulan ke depan.
Hanya saja, kemungkinan lebih banyak orang tidak bergejala. Sehingga kasusnya tidak terdeteksi.
Baca Juga: KIPI: Dua Warga Sulsel Meninggal Bukan Karena Vaksin Covid-19
Selain itu, deteksi dini tes Covid-19 di Indonesia yang masih rendah juga menjadi hambatan dalam menemukan kasus baru. Di sisi lain, penularan tetap bisa terjadi di tengah masyarakat.
"Kita baru akan melihat dampaknya pada orang-orang yang rawan. Kalau tidak segera dilindungi dengan booster ini akan terlihat akhir Februari, jumlah orang yang akhirnya memeriksakan diri dan datang ke fasilitas kesehatan akan meningkat," ujarnya.
"Sehingga jangan dianggap ini tidak ada lonjakan karena deteksi dini kita tidak cukup, terlebih masyarakat kita bukan orang yang rutin deteksi dini," tambah dokter Dicky.
Lambatnya kenaikan kasus positif akibat omicron juga mulai terlihat secara global, di mana angka infeksi harian mencapai rekor selama pandemi terjadi hingga lebih dari 2,5 juta kasus.
Padahal varian omicron telah menyebar ke banyak negara sejak akhir November 2021.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
Dampingi Presiden, Bahlil Ungkap BBM hingga Listrik di Sumbar Tertangani Pasca-Bencana
-
UPDATE Klasemen SEA Games 2025: Indonesia Selangkah Lagi Kunci Runner-up
-
6 Mobil Bekas Paling Cocok untuk Wanita: Lincah, Irit, dan Punya Bagasi Cukup
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
Terkini
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan
-
Fenomena Sadfishing di Media Sosial, Bagaimana Cara Mengatasinya?
-
5 Kesalahan Umum Saat Memilih Lagu untuk Anak (dan Cara Benarnya)
-
Heartology Cetak Sejarah: Operasi Jantung Kompleks Tanpa Belah Dada Pertama di Indonesia