Suara.com - Pernyataan mengejutkan datang dari Perdana Menteri Prancis Jean Castex terkait solusi pengentasan pandemi Covid-19.
Ia mengatakan bahwa kewajiban melakukan vaksinasi bukanlah solusi untuk mengatasi pandemi. Justru, mewajibkan vaksinasi berpotensi menimbulkan masalah sosial baru.
"Kami sudah mengalami sejumlah kesulitan untuk mengendalikan kepatuhan pas kesehatan. Kesulitan itu akan lebih parah apabila kami mewajibkan vaksinasi," kata Castex kepada BFM TV dan RMC Radio, seperti dikutip ANTARA.
Pada Rabu (5/1), Prancis melaporkan rekor lebih dari 332.252 kasus harian COVID-19 dan 246 korban meninggal.
Pada hari yang sama, Italia mewajibkan vaksinasi COVID-19 bagi warga berusia di atas 50 tahun.
Italia menjadi satu dari segelintir negara Eropa yang menerapkan kewajiban seperti itu dalam upaya mencegah layanan kesehatan kewalahan, sekaligus mengurangi kematian.
Di saat bersamaan, parlemen Prancis pada Kamis malah menyetujui usulan pemberlakukan kartu vaksin COVID-19.
Keputusan itu memberikan jeda kepada Presiden Emmanuel Macron setelah kritik atas serangannya terhadap orang-orang yang belum divaksinasi.
Undang-undang untuk kartu vaksin COVID disetujui oleh 214 anggota perlemen versus 93 anggota yang menentangnya, sementara 27 lainnya abstain.
Langkah itu akan dibawa ke Senat yang akan memeriksanya sebelum persetujuan lebih lanjut.
Baca Juga: PM Prancis Sebut Program Wajib Vaksinasi Justru Menambah Masalah
Partai berkuasa La Republique En Marche sebelumnya sudah membela penggunaan bahasa kasar Macron saat ia menggencarkan kampanye terhadap mereka yang belum divaksin lengkap.
Pembelaan itu juga datang setelah kata-katanya menuai kecaman dari oposisi dan reaksi beragam dari para pemilih.
Macron mengatakan ia ingin “membuat kesal” orang-orang yang tidak divaksin dengan membuat hidup mereka begitu rumit sehingga mereka pada akhirnya mau tidak mau mendapatkan vaksin COVID-19.
Ia membuat pernyataan itu dalam wawancara dengan surat kabar Le Parisien di mana ia juga menyebut orang-orang tidak divaksin tidak bertanggung jawab dan tidak layak dipertimbangkan sebagai warga negara. [ANTARA]
Berita Terkait
-
Jadwal Liga Prancis 22-24 November 2025, Calvin Verdonk Tempur Lawan Paris FC
-
Daftar 39 Negara yang Sudah Lolos ke Piala Dunia 2026, Banyak Kejutan
-
32 Negara Sudah Lolos! Peta Persaingan Tiket Piala Dunia 2026 Makin Panas
-
Era Baru Les Bleus? Zinedine Zidane Diproyeksikan Jadi Pelatih Baru Prancis
-
Prancis Jadi Negara Eropa Kedua yang Lolos ke Piala Dunia 2026
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis