Suara.com - Seorang pria berhasil menjalani transplantasi jantung babi pertama kalinya. Menurut University of Maryland, keberhasilan transplantasi jantung babi untuk manusia ini bisa menjadi solusi baru di tengah hambatan sistem donor.
Pusat Medis Universitas Maryland, mengatakan bahwa pria bernama David Bennett tersebut mendapatkan transplantasi jantung dari babi yang dimodifikasi secara genetik.
Bennet yang sebelumnya didiagnosis idak memenuhi syarat untuk transplantasi jantung konvensional, telah dirawat di rumah sakit selama enam minggu dengan aritmia yang mengancam jiwa dan membutuhkan bantuan bypass jantung-paru.
Dr Bartley Griffith, dokter yang menangani Bennet mengatakan transplantasi jantung babi ini sebagai operasi terobosan.
"Kami tidak memiliki pendonor jantung manusia dan daftar pasien yang membutuhkan donor jantung manusia juga cukup panjang," kata Bartley Griffith dikutip dari NBC News.
Karena itu, Bartley Griffith memutuskan untuk memberikan pilihan lain berupa transplantasi jantung babi untuk Bennet yang pertama kalinya di dunia.
Griffith dan Dr. Muhammad M. Mohiuddin, profesor bedah di Fakultas Kedokteran Universitas Maryland, menghabiskan lima tahun menyempurnakan teknik transplantasi jantung babi ke penerima bukan manusia.
Tapi, kondisi Bennet akan terus dipantau dalam beberapa minggu mendatang. Meski begitu, kondisi Bennet nampaknya baik-baik saja setelah 3 hari menjalani operasi transplantasi jantung babi.
Menurut Harvard University Medical School, jaringan babi dan sapi telah berhasil digunakan untuk penggantian katup. Katup tersebut biasanya bertahan sekitar 15 tahun dan tidak memerlukan obat anti-pembekuan darah dibandingkan dengan katup mekanis yang bertahan seumur hidup.
Baca Juga: Terkena Pilek Bisa Lindungi Kita dari Virus Corona Covid-19, Ini Sebabnya!
Tahun lalu, para ilmuwan di Universitas New York Langone Health dapat melakukan transplantasi ginjal babi ke seorang wanita yang meninggal dunia.
Xenotransplantasi adalah istilah yang digunakan untuk transplantasi dari spesies bukan manusia ke manusia.
Metode transplantasi ini telah diteliti seiring dengan meningkatnya permintaan untuk penggantian organ.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Di Balik Duka Banjir Sumatera: Mengapa Popok Bayi Jadi Kebutuhan Mendesak di Pengungsian?
-
Jangan Anggap Remeh! Diare dan Nyeri Perut Bisa Jadi Tanda Awal Penyakit Kronis yang Mengancam Jiwa
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat