Suara.com - Penyintas kanker ovarium harus selalu rutin melakukan cek kesehatan meski telah dinyatakan sembuh. Tujuannya, untuk memastikan sel kanker tidak kembali kambuh.
"Kanker ovarium harus terus dipantau. Tidak bisa setelah operasi atau kemoterapi, lalu tidak periksa lagi. Karena tantangan kita adalah kekambuhan," kata Ketua Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) Dr. dr. Brahmana Askandar, Sp.OG(K)-Onk., dalam webinar Kampanye 10 Jari Menghadapi Kanker Ovarium, Kamis (13/1/2022).
"Pada kanker ovarium stadium lanjut, kekambuhan mencapai 80 persen. Meskipun dengan kemoterapi dan lain-lain," imbuhnya.
Di sisi lain, kanker ovarium memang masih sulit ditemukan saat masih stadium dini. Gejalanya tidak akan muncul selama perkembangan sel kanker masih kecil. Hingga akhirnya baru akan menimbulkan nyeri di bagian bawah perut saat telah mencapai stadium tinggi.
Dokter Brahmana juga mengatakan, hingga saat ini belum ditemukan teknologi medis untuk bisa skrining sel kanker ovarium.
"Inilah salah satu penyebabnya disebut dengan silent killer. Tidak terdeteksi di stadium dini dan kalau terdeteksi pada stadium tinggi itu biasanya meningkatkan kekambuhan," ucapnya.
Ia menyarankan, penyintas harus rutin kontrol paling tidak 3 bulan sekali untuk dipantau apakah kembali ada pertumbuhan benjolan sel kanker.
Setiap kali kontrol tersebut, pasien akan menjalani beberapa tes dan pemeriksaan pencitraan, seperti City Scan dan MRI. Menurut dokter Brahmana, kedua tes itu diperlukan untuk mengonfirmasi kekambuhan.
"Kalau memang sudah kambuh lagi, ini sangat variatif orang per orang. Ada yang kemoterapi, ada yang dioperasi dulu baru kemoterapi, ada yang di terapi maintenance dengan targeted terapi. Ini sudah individual oleh dokter ahli onkologi ginekologi bersama tim," pungkasnya.
Baca Juga: Sakit Kanker Stadium 4, Seorang Ibu Ingin Bertemu dengan Anaknya yang Terpisah Sejak 35 Tahun Lalu
Berita Terkait
Terpopuler
- KPK: Perusahaan Biro Travel Jual 20.000 Kuota Haji Tambahan, Duit Mengalir Sampai...
- Selamat Datang Elkan Baggott Gantikan Mees Hilgers Bela Timnas Indonesia, Peluangnya Sangat Besar
- Jangan Ketinggalan Tren! Begini Cara Cepat Ubah Foto Jadi Miniatur AI yang Lagi Viral
- Hari Pelanggan Nasional 2025: Nikmati Promo Spesial BRI, Diskon Sampai 25%
- Maki-Maki Prabowo dan Ingin Anies Baswedan Jadi Presiden, Ibu Jilbab Pink Viral Disebut Korban AI
Pilihan
-
Media Lokal: AS Trencin Dapat Berlian, Marselino Ferdinan Bikin Eksposur Liga Slovakia Meledak
-
Rieke Diah Pitaloka Bela Uya Kuya dan Eko Patrio: 'Konyol Sih, tapi Mereka Tulus!'
-
Dari Anak Ajaib Jadi Pesakitan: Ironi Perjalanan Karier Nadiem Makarim Sebelum Terjerat Korupsi
-
Nonaktif Hanya Akal-akalan, Tokoh Pergerakan Solo Desak Ahmad Sahroni hingga Eko Patrio Dipecat
-
Paspor Sehari Jadi: Jurus Sat-set untuk yang Kepepet, tapi Siap-siap Dompet Kaget!
Terkini
-
Varises Esofagus Bisa Picu BAB dan Muntah Darah Hitam, Ini Penjelasan Dokter Bedah
-
Revolusi Kesehatan Dimulai: Indonesia Jadi Pusat Inovasi Digital di Asia!
-
HPV Masih Jadi Ancaman, Kini Ada Vaksin Generasi Baru dengan Perlindungan Lebih Luas
-
Resistensi Antimikroba Ancam Pasien, Penggunaan Antibiotik Harus Lebih Cerdas
-
Ini Alasan Kenapa Donor Darah Tetap Relevan di Era Modern
-
Dari Kegelapan Menuju Cahaya: Bagaimana Operasi Katarak Gratis Mengubah Hidup Pasien
-
Jangan Sepelekan, Mulut Terbuka Saat Tidur pada Anak Bisa Jadi Tanda Masalah Kesehatan Serius!
-
Obat Sakit Gigi Pakai Getah Daun Jarak, Mitos atau Fakta?
-
Pilih Buah Lokal: Cara Asik Tanamkan Kebiasaan Makan Sehat untuk Anak Sejak Dini
-
Sinshe Modern: Rahasia Sehat Alami dengan Sentuhan Teknologi, Dari Stroke Hingga Program Hamil!