Suara.com - Manfaat pemberian vaksin booster menggunakan vaksin SinoVac disebut peneliti jauh lebih tinggi daripada risiko bahaya yang ditimbulkannya.
Peneliti di National Institute of Health Research and Development (NIHRD), Indonesia, Ririn Ramadhany melakukan studi kepada partisipan yang belum terkena COVID-19. Para peneliti mengambil sampel dua kali yakni sebelum para peserta studi mendapatkan booster dan satu bulan setelah mereka mendapatkan dosis ketiga.
Peneliti lalu membandingan tingkat antibodi peserta dan menemukan peningkatan titer antibodi hingga 7,8 kali pada booster homolog dengan Sinovac.
Hasil studi memperlihatkan, tidak ada ada perbedaan signifikan untuk interval kurang dari 6 bulan atau lebih dari 6 bulan antara suntikan kedua dan ketiga. Begitu juga titer antibodi berdasarkan kelompok usia, walaupun pada populasi usia lansia atau lebih dari 60 tahun hasilnya rata-rata lebih rendah dibandingkan kelompok usia lain.
"Beberapa bulan setelah vaksin kedua mereka masih memiliki antibodi terhadap SARS-CoV-2. Interval dosis kedua dan ketiga berkisar antar 1,5-9,5 bulan. Median antibodi sebelum booster sekitar 400," tutur Ririn dalam sebuah webinar yang membahas seputar penanganan COVID-19, Minggu.
Dari sisi reaksi usai penyuntikan, Ririn mengatakan para peserta tidak melaporkan efek yang merugikan. Umumnya mereka merasakan rasa nyeri di daerah bekas penyuntikan.
Sementara itu, terkait interval pemberian dosis ketiga sejak dosis kedua diberikan, peneliti dari Eijkman-Oxford Clinical Research Unit (EOCRU) Raph Hamers menuturkan, ada perbedaan antara respon imun antara interval yang lebih lama dan lebih cepat. Hal ini berdasarkan hasil uji coba booster fase kedua yang dilakukan pihak Sinovac di Tiongkok yang membandingkan peningkatan pada 2 atau 8 bulan setelah dosis kedua.
Hasil uji memperlihatkan, interval 8 bulan memberikan respon imun yang lebih kuat ketimbang interval 2 bulan. Jadi, secara umum booster diyakini paling efektif dengan interval yang lebih lama.
Sebuah studi dalam bioRxiv pada bulan Desember 2021 yang dilakukan oleh peneliti dari LKS Fakultas Kedokteran, The University of Hong Kong (HKUMed) dan Fakultas Kedokteran, The Chinese University of Hong Kong (CU Medicine) terkait respons imun CoronaVac® pada 120 peserta menunjukkan dukungan pada penggunaan tiga dosis vaksin itu di tengah hadirnya berbagai varian virus corona termasuk Omicron.
Baca Juga: Vaksinasi Booster di Bantul Mulai Bergulir, Layani 1.000 Orang per Hari
Peneliti menemukan, tingkat serokonversi dari antibodi penetralisir terhadap Omicron meroket dari 3,3 persen menjadi 95 persen untuk rangkaian dua dan tiga dosis masing-masing.
Pada partisipan yang menerima tiga dosis, peneliti juga mengisolasi 323 antibodi monoklonal manusia yang berasal dari memori sel B, setengahnya mengenali receptor binding domain (RBD). Mereka juga memberikan netralisasi pada SARS-CoV-2 variant of concern (VoC).
Juru bicara SinoVac, Pearson Liu mengungkapkan, penelitian ini memberikan kepastian tipe vaksin nonaktif tetap efektif melawan COVID-19 saat dunia terus bergulat dengan munculnya varian baru COVID-19.
Menurut dia, hasil tersebut juga mendukung tiga dosis imunisasi untuk memastikan perlindungan terhadap COVID-19 dan ini sebuah penemuan yang sejalan dengan saran dari Organsiasi Kesehata Dunia (WHO) dan badan kesehatan di seluruh dunia untuk semua jenis vaksin COVID-19.
Liu mengatakan, data ini muncul seiring adanya penemuan baru yang menunjukkan satu bulan setelah dosis kedua, CoronaVac memberikan respons Sel-T yang lebih tinggi dibandingkan dengan vaksin mRNA. Hal ini penting dalam mencegah penyakit serius, rawat inap, dan kematian.
CoronaVac sendiri telah disetujui untuk penggunaan darurat atau penggunaan pemasaran bersyarat oleh WHO dan badan pengawas obat lokal di lebih dari 50 negara dan wilayah. Data dari beberapa uji klinis menunjukkan CoronaVac® diasosiasikan dengan minim insiden dan efek samping yang serius. Pada Januari 2022, tercatat lebih dari 2,6 miliar dosis vaksin telah didistribusikan ke seluruh dunia.
Berita Terkait
-
IDAI Ingatkan: Jangan Berangkat Liburan Akhir Tahun Sebelum Cek Vaksin Anak!
-
Kementan Targetkan Indonesia Mandiri Vaksin Hewan, Fasilitas di Surabaya Akan Ditingkatkan
-
Indonesia Resmi Akhiri KLB Polio Tipe 2, Menkes Ingatkan Anak-anak Tetap Harus Vaksin Sesuai Usia
-
Produsen Vaksin Global Bakal Gunakan AI Demi Hadapi Pandemi Berikutnya
-
Pengusaha Vaksin Dunia Kumpul di Bali, Bahas Strategi Jangka Panjang Industri Global
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Keluarga 3 Baris Rp50 Jutaan Paling Dicari, Terbaik Sepanjang Masa
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Sepatu Running Lokal Selevel Asics Original, Kualitas Juara Harga Aman di Dompet
- Nikmati Segarnya Re.juve Spesial HUT ke-130 BRI: Harga Istimewa Mulai Rp13 Ribu
Pilihan
-
Jadwal dan Link Streaming Nonton Rizky Ridho Bakal Raih Puskas Award 2025 Malam Ini
-
5 HP RAM 6 GB Paling Murah untuk Multitasking Lancar bagi Pengguna Umum
-
Viral Atlet Indonesia Lagi Hamil 4 Bulan Tetap Bertanding di SEA Games 2025, Eh Dapat Emas
-
6 HP Snapdragon RAM 8 GB Termurah: Terbaik untuk Daily Driver Gaming dan Multitasking
-
Analisis: Taktik Jitu Andoni Iraola Obrak Abrik Jantung Pertahanan Manchester United
Terkini
-
Keberlanjutan Makin Krusial dalam Layanan Kesehatan Modern, Mengapa?
-
Indonesia Kini Punya Pusat Bedah Robotik Pertama, Tawarkan Bedah Presisi dan Pemulihan Cepat
-
Pertama di Indonesia, Operasi Ligamen Artifisial untuk Pasien Cedera Lutut
-
Inovasi Terapi Kanker Kian Maju, Deteksi Dini dan Pengobatan Personal Jadi Kunci
-
Gaya Bermain Neymar Jr Jadi Inspirasi Sepatu Bola Generasi Baru
-
Menopause dan Risiko Demensia: Perubahan Hormon yang Tak Bisa Diabaikan
-
Penelitian Ungkap Mikroplastik Memperparah Penyempitan Pembuluh Darah: Kok Bisa?
-
Lari Sambil Menjelajah Kota, JEKATE Running Series 2025 Resmi Digelar
-
Di Balik Duka Banjir Sumatera: Mengapa Popok Bayi Jadi Kebutuhan Mendesak di Pengungsian?
-
Jangan Anggap Remeh! Diare dan Nyeri Perut Bisa Jadi Tanda Awal Penyakit Kronis yang Mengancam Jiwa