Suara.com - Meski jarang, namun kasus seseorang menjemput ajal saat berhubungan seksual adalah hal yang bisa saja terjadi.
Dikutip dari laman Medpagetoday, hasil otopsi komprehensif menunjukkan bahwa pada dasarnya, hubungan seksual jarang memicu kematian jantung mendadak atau SCD.
Tercatat kematian yang terjadi akibat satu jam berhubungan seksual ada 0.2 persen dari 6.847 kasus SCD di Inggris. Namun tingkat kematian setelah melakukan hubungan seksual tetap rendah di semua kasus SCD berdasarkan penyebab kematian.
Angkanya adalah sebagai berikut:
- Sindrom kematian aritmia mendadak: 0,2 persen
- Diseksi aorta: 2 perse
- Kardiomiopati aritmogenik: 0,7 persen
- Kardiomiopati hipertrofik: 0,3 persen
- Penyakit jantung iskemik: 0,1 persen
- Fibrosis idiopatik: 0,6 persen
- Hipertrofi ventrikel kiri idiopatik: 0,3 persen
- Prolaps katup mitral: 1 persen
Dari angka tersebut, 17 orang dengan rata-rata usia 38 tahun dan dua pertiganya laki-laki, dinyatakan meninggal dunia karena SCD setelah berhubungan seksual.
"Orang yang lebih muda (di bawah usia 50 tahun) dengan kondisi masalah jantung seperti kardiomiopati dan channelopathies, mungkin khawatir tentang risiko kematian mendadak selama hubungan seksual karena lonjakan kasus katekolaminergik yang menyertai aktivitas seksual ini," tulis peneliti dari St. George's University of London.
Hanya saja, peneliti percaya bahwa temuan mereka bisa memberikan kepastian bahwa melakukan aktivitas seksual relatif aman pada pasien dengan masalah jantung, terutama untuk yang masih berusia muda.
Para peneliti juga mengutip sebuah studi tahun 2006 yang mengaitkan hubungan seksual dengan 0,2 persen kematian alami yang menjalani otopsi pada kelompok yang didominasi usia paruh baya (usia rata-rata 59,1 tahun dengan 92,6 persen pria).
"Dalam kohort ini, kami menemukan bahwa proporsi perempuan yang meninggal jauh lebih tinggi daripada di penelitian sebelumnya."
Baca Juga: Wanita Ini Malah Senang Lihat Suami Berhubungan Seksual dengan Wanita Lain
SCD sendiri didefinisikan sebagai kematian yang terjadi dalam waktu 12 jam setelah terlihat sehat. Semua kasus SCD harus menjalani evaluasi makroskopik dan histologis jantung oleh ahli patologi jantung.
Peneliti Mary Sheppard dan rekan mengatakan bahwa mereka tidak memasukkan korban serangan jantung mendadak dalam laporan, serta tidak memeriksa kematian setelah berhubungan seks yang tidak dikaitkan dengan SCD.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga 7 Seater Mulai Rp30 Jutaan, Irit dan Mudah Perawatan
- Lupakan Louis van Gaal, Akira Nishino Calon Kuat Jadi Pelatih Timnas Indonesia
- Mengintip Rekam Jejak Akira Nishino, Calon Kuat Pelatih Timnas Indonesia
- 21 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 19 Oktober: Klaim 19 Ribu Gems dan Player 111-113
- Bukan Main-Main! Ini 3 Alasan Nusakambangan, Penjara Ammar Zoni Dijuluki Alcatraz Versi Indonesia
Pilihan
-
Suara.com Raih Penghargaan Media Brand Awards 2025 dari SPS
-
Uang Bansos Dipakai untuk Judi Online, Sengaja atau Penyalahgunaan NIK?
-
Dedi Mulyadi Tantang Purbaya Soal Dana APBD Rp4,17 Triliun Parkir di Bank
-
Pembelaan Memalukan Alex Pastoor, Pandai Bersilat Lidah Tutupi Kebobrokan
-
China Sindir Menkeu Purbaya Soal Emoh Bayar Utang Whoosh: Untung Tak Cuma Soal Angka!
Terkini
-
Bikin Anak Jadi Percaya Diri: Pentingnya Ruang Eksplorasi di Era Digital
-
Rahasia Tulang Kuat Sejak Dini, Cegah Osteoporosis di Masa Tua dengan Optimalkan Pertumbuhan!
-
Terobosan Baru! MLPT Gandeng Tsinghua Bentuk Program AI untuk Kesehatan Global
-
Ubah Waktu Ngemil Jadi "Mesin" Pembangun Ikatan Anak dan Orang Tua Yuk!
-
Kasus Kanker Paru Meningkat, Dunia Medis Indonesia Didorong Adopsi Teknologi Baru
-
Osteoartritis Mengintai, Gaya Hidup Modern Bikin Sendi Cepat Renta: Bagaimana Solusinya?
-
Fraud Asuransi Kesehatan: Rugikan Triliunan Rupiah dan Pengaruhi Kualitas Layanan Medis!
-
Rahasia Kehamilan Sehat dan Anak Cerdas: Nutrisi Mikro dan Omega 3 Kuncinya!
-
Kisah Ibu Tunggal Anak Meninggal akibat Difteri Lupa Imunisasi, Dihantui Penyesalan!
-
Masa Depan Layanan Kesehatan Ada di Genggaman Anda: Bagaimana Digitalisasi Memudahkan Pasien?