Suara.com - Di tengah munculnya varian Omicron, para ilmuwan di Wuhan menemukan jenis virus varu pada kelelawar di Afrika Selatan, yakni virus NeoCov.
Virus NeoCov ini diyakini memiliki tingkat kematian dan penularan tinggu. Tapi, penelitian mengenai virus ini masih berlangsung.
Nama virus NeoCov ini merupakan singkatan dari new coronavirus yang belum terbukti sebagai varian dari virus corona Covid-19.
Virus ini ditemukan pada kelelawar di Afrika Selatan dan berkerabat dekat dengan virus MERS. MERS adalah singkatan dari Middle East Respiratory Syndrome.
Virus NeoCov ini merupakan bagian dari makalah penelitian yang ditulis oleh para ilmuwan di Wuhan, yang merupakan pusat pandemi virus corona.
Sejauh ini, makalan penelitiannya belum ditinjau oleh rekan sejawat dan lebih banyak penelitian yang masih diperlukan sebelum membangun bukti nyata.
MERS atau Middle East Respiratory Syndrome adalah penyakit virus pernapasan yang muncul di dunia pada tahun 2012. Virus ini bersifat zoonosis, artinya berpindah dari hewan ke manusia melalui kontak langsung maupun tidak langsung.
MERS-CoV telah diidentifikasi pada dromedari di beberapa negara di Timur Tengah, Afrika dan Asia Selatan.
Secara total, 27 negara telah melaporkan kasus MERS ejak 2012, menyebabkan 858 kematian yang diketahui karena infeksi dan komplikasi terkait.
Baca Juga: Terinfeksi Virus Corona Covid-19 Parah, Wanita Ini Rela Amputasi Dua Kakinya Demi Bertahan Hidup
Gejala utama MERS termasuk demam, batuk dan sesak napas. Virus ini ditularkan ke manusia dari unta dromedaris yang terinfeksi dan penularan dari manusia ke manusia.
Sedangkan dilansir dai Times of India, virus NeoCov atau coronavirus baru telah ditemukan pada kelelawar di Afrika Selatan dan telah ditemukan terkait erat dengan MERS.
Tapi, virus baru yang terkait erat dengan MERS bukanlah virus corona Covid-19. Karena hubungannya yang erat dengan MERS, virus baru ini diyakini sangat menular dan fatal.
Selain itu, hubungannya dengan para ilmuwan di Wuhan juga mengarah pada asosiasi yang tidak diminta dengan virus corona.
"Virus corona sering ditemukan pada hewan, termasuk pada kelelawar yang telah diidentifikasi sebagai reservoir alami dari banyak virus ini," kata WHO.
Setiap klaim mengenai virus yang menyerang manusia sekarang ini tidak didukung oleh bukti yang cukup. Jadi, belum tahu virus corona yang menimbulkan risiko bagi manusia membutuhkan penelitian lebih lanjut atau tidak.
Berita Terkait
Terpopuler
- Sama-sama dari Australia, Apa Perbedaan Ijazah Gibran dengan Anak Dosen IPB?
- Bawa Bukti, Roy Suryo Sambangi Kemendikdasmen: Ijazah Gibran Tak Sah, Jabatan Wapres Bisa Gugur
- Lihat Permainan Rizky Ridho, Bintang Arsenal Jurrien Timber: Dia Bagus!
- Ousmane Dembele Raih Ballon dOr 2025, Siapa Sosok Istri yang Selalu Mendampinginya?
- Jadwal Big 4 Tim ASEAN di Oktober, Timnas Indonesia Beda Sendiri
Pilihan
-
Dokter Tifa Kena Malu, Kepala SMPN 1 Solo Ungkap Fakta Ijazah Gibran
-
Penyebab Rupiah Loyo Hingga ke Level Rp 16.700 per USD
-
Kapan Timnas Indonesia OTW ke Arab Saudi? Catat Jadwalnya
-
Danantara Buka Kartu, Calon Direktur Keuangan Garuda dari Singapore Airlines?
-
Jor-joran Bangun Jalan Tol, Buat Operator Buntung: Pendapatan Seret, Pemeliharaan Terancam
Terkini
-
Apa Itu Tylenol: Obat yang Diklaim Donald Trump Bisa Bikin Autis
-
Mengenal Osteosarcoma, Kanker Tulang Ganas yang Mengancam Nyawa Anak dan Remaja
-
Viral Guyonan Lelaki Manja saat Sakit, Dokter Saraf Bongkar Fakta Toleransi Nyeri
-
Bukan Cuma Pekerja, Ternyata Orang Tua juga Bisa Burnout karena Masalah Membesarkan Anak
-
Benarkah Diet Keto Berisiko untuk Kesehatan? Ini Jawaban Ahli
-
Tren Mengkhawatirkan! Mengapa Kasus Kanker pada Anak Muda Meningkat?
-
Gaya Hidup Higienis: Kebiasaan Kecil yang Berdampak Besar bagi Tubuh
-
Mengenal Penyakit Lyme yang Diderita Bella Hadid: Bagaimana Perawatannya?
-
Terapi Imunologi Sel: Inovasi Perawatan Kesehatan untuk Berbagai Penyakit Kronis
-
72% Sikat Gigi Dua Kali Sehari, Kok Gigi Orang Indonesia Masih Bermasalah? Ini Kata Dokter!