Suara.com - Sebagai ibu muda, mantan penyanyi cilik Tasya Kamila mengatakan bahwa generasi X atau generasi tua lebih cenderung mudah termakan hoaks atau kabar bohong.
Hal ini juga dialami keluarga Tasya, baik orangtua maupun paman dan tantenya. Itu, kata Tasya, terbukti dengan sangat mudahnya bagi mereka menyebar pesan berantai di grup keluarga.
Jika sudah seperti itu, biasanya Tasya akan meminta orangtua atau keluarganya untuk berpikir kritis lebih dulu.
"Aku kalau ada yang nyebarin berita atau apa, biasanya kita pertama berpikir kritis dulu, bener nggak sih logical nggak sih, make sense nggak sih," ungkap Tasya dalam acara diskusi Gerakan Nasional Literasi Digital di Grand Hyatt, Jakarta Pusat beberapa waktu lalu.
Setelah mengajak untuk berpikir kritis, ia akan meminta orangtua melakukan kroscek lagi, sumber atau di mana tulisan itu dimuat.
"Aku selalu bilang ke mamaku, ah masa sih kayak gitu, coba lihat sumbernya dari mana? Apakah dari situs logis, dari media juga yang kita kenal, kita tahu," ujar Tasya.
Lebih lanjut, biasanya pelantun 'Libur Telah Tiba' itu juga akan minta orangtua mengecek situs yang dipastikan kredibel, seperti situs Kominfo, Kemenkes, dan situs yang memang bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Ini jugalah alasan ibu satu anak ini, meminta masyarakat jangan asal membagikan informasi yang belum jelas kebenarannya.
"Jangan langsung kan kayak ingin buru-buru bagi, ingin jadi yang pertama. Tahan dulu berpikir kritis dulu, kita kroscek dulu validasi dulu, kira-kira beritanya bener atau nggak," katanya.
Baca Juga: Paus Fransiskus: Berita Palsu, Disinformasi tentang COVID-19 Adalah Pelanggaran HAM
"Kalau kita sendiri nggak yakin, jangan bagikan, kalau udah yakin kebenarannya, baru boleh," lanjut Tasya.
Lebih lanjut, perempuan lulusan S2 Columbia University itu menjelaskan alasan generasi X, lebih mudah termakan hoaks dibanding generasi milenial, generasi Z, hingga generasi alpha, karena paparan teknologi yang baru terjadi di usia yang tidak muda.
"Orang tua generasi di atas kita Gen X atau baby boomer, mereka menganggap perangkat digital sesuatu yang baru, jadi pastinya mereka butuh dibimbing sama kita yang lebih andal dalam menggunakan sosial media dalam ruang tersebut," tutup Tasya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
- 7 Sepatu Murah Lokal Buat Jogging Mulai Rp100 Ribuan, Ada Pilihan Dokter Tirta
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
Pilihan
-
Indosat Gandeng Arsari dan Northstar Bangun FiberCo Independent, Dana Rp14,6 Triliun Dikucurkan!
-
Kredit Nganggur Tembus Rp2,509 Triliun, Ini Penyebabnya
-
Uang Beredar Tembus Rp9891,6 Triliun per November 2025, Ini Faktornya
-
Pertamina Patra Niaga Siapkan Operasional Jelang Merger dengan PIS dan KPI
-
Mengenang Sosok Ustaz Jazir ASP: Inspirasi di Balik Kejayaan Masjid Jogokariyan
Terkini
-
Ketika Anak Muda Jadi Garda Depan Pencegahan Penyakit Tak Menular
-
GTM pada Anak Tak Boleh Dianggap Sepele, Ini Langkah Orang Tua untuk Membantu Nafsu Makan
-
Waspada! Pria Alami Sperma Kosong hingga Sulit Punya Buat Hati, Dokter Ungkap Sebabnya
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia