Suara.com - Pasien COVID-19 mungkin tidak perlu menunggu lama setelah terinfeksi untuk mengetahui apakah mereka akan mengembangkan sindrom COVID-19 pasca-akut (PACS), yang juga dikenal sebagai Long Covid-19.
"Kami bisa mengidentifikasi sedini mungkin siapa yang berisiko terkena Long Covid-19," kata Dr. Onur Boyman, rekan penulis studi dan peneliti di departemen imunologi di University Hospital Zurich dikutip dari Fox News.
Gejala Long Covid-19 yang paling sering dilaporkan adalah kelelahan, disapnea (sesak napas) dan ganguan kognitif atau kabut otak yang meliputi kehilangan konsentrasi dan memori, dan rasa sakit dan nyeri di tempat yang berbeda.
Sindrom ini juga disebut sebagai sindrom pasca-COVID pada pasien yang telah terinfeksi virus corona. Tetapi, pasien Covid-19 ini terus mengalami efek samping dan gejala jangka panjang.
"Perkiraan menunjukkan bahwa 10-10 persen orang yang terinfeksi virus corona Covid-19 akan berakhir dengan Long Covid-19," Dr. Greg Vanichkachorn, direktur medis dari Rehabilitasi Aktivitas COVID di Mayo Clinic.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan sindrom tersebut sebagai gejala yang bertahan selama setidaknya tiga bulan setelah pasien terinfeksi virus corona.
Tapi, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mendefinisikan kondisi pasca-Covid pada pasien virus corona setelah 4 minggu terinfeksi.
Para peneliti Swiss mendefinisikan Long Covid-19 sebagai persistensi satu atau lebih gejala terkait virus corona selama lebih dari 4 minggu setelah dimulainya gejala awal virus corona.
Tim mengevaluasi riwayat medis dari 175 pasien yang didiagnosis dengan virus corona Covid-19 dan membandingkannyua dengan 40 pasien sehat tanpa virus corona.
Baca Juga: Ahli Sebut Virus Corona Varian Omicron Tingkatkan Risiko Long Covid-19
Mereka menemukan 82,2 persen pasien dengan infeksi parah mengalami Long Covid-19 dan 53,9 persen pasien dengan infeksi ringan mengalami Long Covid-19.
Para penulis menemukan pasien yang mengembangkan Long Covid-19 memiliki tingkat antibodi IgM dan IgG3 yang lebih rendah. Antibodi membantu melawan infeksi dalam aliran darah.
Para penulis menyebut respons antibodi ini sebagai imunoglobulin. Karena, antibodi yang terdeteksi stabil dari waktu ke waktu, tidak seperti penanda inflamasi yang hanya meningkat di awal infeksi.
Dr. Claire Steves, seorang dosen klinis senior di King's College London, mengatakan penelitian ini memiliki keterbatasan karena tidak mempertimbangkan status vaksinasi pesertanya.
"Padahal penting untuk mempertimbangkan ini, karena sudah lebih banyak orang yang vaksinasi," kata Dr. Claire Steves.
Berita Terkait
Terpopuler
- Viral Video 7 Menit Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach, Praktisi Hukum Minta Publik Berhati-hati
- Prabowo Dikabarkan Kirim Surat ke DPR untuk Ganti Kapolri Listyo Sigit
- Tutorial Bikin Foto di Lift Jadi Realistis Pakai Gemini AI yang Viral, Prompt Siap Pakai
- 5 Fakta Viral Video 7 Menit Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach, Publik Penasaran!
- Profil Komjen Suyudi Ario Seto, Calon Pengganti Kapolri Listyo Sigit Prabowo?
Pilihan
-
Perang Tahta Sneakers Putih: Duel Abadi Adidas Superstar vs Stan Smith. Siapa Rajanya?
-
Viral Taiwan Resmi Larang Indomie Soto Banjar Usai Temukan Kandungan Berbahaya
-
Ketika Politik dan Ekonomi Turut Membakar Rivalitas Juventus vs Inter Milan
-
Adu Kekayaan Komjen Suyudi Ario Seto dan Komjen Dedi Prasetyo, 2 Calon Kapolri Baru Pilihan Prabowo
-
5 Transfer Pemain yang Tak Pernah Diduga Tapi Terjadi di Indonesia
Terkini
-
3.289 Kasus Baru Setiap Tahun: Mengenal Multiple Myeloma Lebih Dekat Sebelum Terlambat
-
Konsistensi Lawan Katarak Kongenital, Optik Ini Raih Penghargaan Nasional
-
Apa Itu HB Dosting Hexyl? Doktif Klaim Hexylresorcinol Pengganti Hydroquinone
-
Perempuan Wajib Tahu! 10.000 Langkah Sederhana Selamatkan Tulang dari Pengeroposan
-
Kemenkes Catat 57 Persen Orang Indonesia Sakit Gigi, Tapi Cuek! Ini Dampak Ngerinya Bagi Kesehatan
-
5 Rekomendasi Obat Cacing yang Aman untuk Anak dan Orang Dewasa, Bisa Dibeli di Apotek
-
Sering Diabaikan, Masalah Pembuluh Darah Otak Ternyata Bisa Dideteksi Dini dengan Teknologi DSA
-
Efikasi 100 Persen, Vaksin Kanker Rusia Apakah Aman?
-
Tahapan Skrining BPJS Kesehatan Via Aplikasi dan Online
-
Rusia Luncurkan Vaksin EnteroMix: Mungkinkah Jadi Era Baru Pengobatan Kanker?