Suara.com - Kepala psikiatri di Rumah Sakit Anak Texas, Profesor Bruce Perry berbagi gambar dalam sebuah makalah tentang bagaimana kekerasan fisik, pengabaian, trauma hingga pelecehan emosional saat kanak-kanak bisa mempengaruhi perkembangan kognitif anak di kemudian hari.
Dalam gambar CT scan yang dibagikan, terlihat pemindaian otak pada dua anak berusia 3 tahun.
Di sebelah kiri adalah gambar otak anak yang sehat, tumbuh dalam kehidupan rumah tangga yang bahagia. Ia ukuran kepala rata-rata, memiliki struktur yang jauh lebih sedikit dan jauh lebih besar daripada yang di sebelah kanan.
Sedangkan pemindaian di sebelah kanan, yang jauh lebih kecil dan memiliki struktur yang jauh lebih kabur, adalah otak anak yang telah mengalami trauma dan pengabaian emosional yang ekstrem.
"Anak ini menderita 'pengabaian kekurangan sensorik yang parah'," tulis Profesor Bruce Perry, dikutip dari NY Post.
"Otak anak ini secara signifikan lebih kecil dari rata-rata dan memiliki ventrikel yang membesar dan atrofi kortikal," tambahnya.
Artinya, anak dengan otak yang jauh lebih kecil ini akan mengalami keterlambatan perkembangan dan masalah dengan memori.
Atrofi kortikal adalah sesuatu yang lebih sering terlihat pada orang tua yang menderita penyakit Alzheimer.
Telah diketahui dengan baik bahwa kekerasan fisik dapat merusak otak anak dan menyebabkan komplikasi seumur hidup, kadang-kadang bahkan kematian.
Baca Juga: Cowok Makan Es Krim 'Langsung' Pas Drive Thru, Warganet: Pelayannya Trauma
Efek dari pelecehan emosional kurang sering dipikirkan, tetapi tidak kurang merugikan kesehatan anak. Pelecehan emosional sendiri bisa berbentuk kritikan, mempermalukan, menyalahkan, atau memanipulasi.
Perry menjelaskan bahwa anak-anak, dan orang dewasa yang telah mengalami pengabaian emosional dapat merasa sangat sulit untuk membentuk hubungan yang sehat.
Mereka mungkin berakhir dengan masalah keterikatan, di mana mereka menjadi terlalu bergantung atau bergantung pada satu orang, atau mereka mungkin berakhir terisolasi secara sosial di kemudian hari.
Beberapa penelitian menemukan bahwa anak-anak yang mengalami tekanan emosional sejak usia muda memiliki masalah dengan emosi dan memori.
Sebuah studi tahun 2009 dari Rumah Sakit Anak Stanford misalnya, menemukan bahwa anak-anak dengan gangguan stres pasca-trauma dan tingkat tinggi hormon stres kortisol lebih mungkin mengalami penurunan ukuran hippocampus, bagian dari otak yang bertanggung jawab untuk memproses memori dan emosi.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
Terkini
-
Dari Donor Kadaver hingga Teknologi Robotik, Masa Depan Transplantasi Ginjal di Indonesia
-
Banyak Studi Sebut Paparan BPA Bisa Timbulkan Berbagai Penyakit, Ini Buktinya
-
Rahasia Hidup Sehat di Era Digital: Intip Inovasi Medis yang Bikin Umur Makin Panjang
-
Pentingnya Cek Gula Darah Mandiri: Ini Merek Terbaik yang Banyak Dipilih!
-
Prestasi Internasional Siloam Hospitals: Masuk Peringkat Perusahaan Paling Tepercaya Dunia 2025
-
Anak Bentol Setelah Makan Telur? Awas Alergi! Kenali Gejala dan Perbedaan Alergi Makanan
-
Alergi Makanan Anak: Kapan Harus Khawatir? Panduan Lengkap dari Dokter
-
Pijat Bukan Sekadar Relaksasi: Cara Alami Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental
-
3.289 Kasus Baru Setiap Tahun: Mengenal Multiple Myeloma Lebih Dekat Sebelum Terlambat
-
Konsistensi Lawan Katarak Kongenital, Optik Ini Raih Penghargaan Nasional