Suara.com - Kebanyakan orang minum kopi sebelum mengawali hari agar lebih semangat. Kopi adalah stimulan yang membantu seseorang untuk merasa lebih waspada dan terjaga pada hari yang sibuk.
Tapi, minum kopi berkafein ketika perut kosong di pagi hari bisa menyebabkan sejumlah masalah kesehatan.
Salah satu komplikasi kesehatan utama akibat minum kopi berkafein adalah kopi merangsang produksi kortisol yang dikenal sebagai hormon stres.
Kortisol diproduksi oleh kelenjar adrenal Anda dan membantu mengatur metabolisme, tekanan darah, dan kadar gula darah.
Tapi, kadar kortisol yang berlebihan bisa memicu masalah kesehatan, termasuk pengeroposan tulang, tekanan darah tinggi, diabetes tipe 2, dan penyakit jantung.
Tingkat kortisol yang lebih tinggi juga meningkatkan insulin yang menyebabkan resistensi insulin.
Kelebihan kortisol bisa menyebabkan efek seperti penambahan berat badan, masalah tidur dan respon imun yang terganggu.
Dokter Earim Chaudry, MD dari Men's Health Platform Manual tentang implikasi kesehatan dari minum kopi hitam di pagi hari.
Sayangnya, banyak orang sudah terbiasa minum kopi di pagi hari sebelum aktivitas. Penelitian telah menunjukkan bahwa minum kopi bisa memberikan kontrol negatif pada gula darah dan meningkatkan respons glukosa secara signifikan.
Baca Juga: Para Ilmuwan Temukan Tes untuk Deteksi Serangan Jantung 3 Tahun Kemudian
Karena itu, mereka yang suka minum kopi pagi hari dapat membatasi kemampuan tubuhnya untuk mentolerir gula yang akan Anda konsumsi saat sarapan dan ini menyebabkan faktor risiko diabetes dan jantung.
Dokter Deborah Lee, Dokter Fox Online Pharmacy membahas studi tahun 2012 tentang efek kafein pada orang Asia yang mengonsumsi 200 mg kafein per hari dan ditemukan memiliki kadar estrogenik yang lebih tinggi.
Dalam jangka panjang, ini bisa menjadi faktor penting karena kadar estrogen penting dalam kondisi medis seperti endometriosis, osteoporosis, dan kanker payudara.
"Temuan ini adalah studi observasional kecil dan saat ini wanita tidak perlu berhenti minum kopi. Tapi, perlu penelitian lebih banyak lagi," kata Dokter Deborah Lee dikutip dari Express.
Berkenaan dengan hormon testosteron lain, Dokter Lee membahas studi lain yang menemukan bahwa konsumsi kopi secara teratur bisa meningkatkan kadar testosteron total dan mengurangi kadar estrogen.
"Para penulis mengatakan bahwa kafein bisa bertindak sebagai inhibitor aromatase yang meningkatkan kadar hormon luteinising (LH) untuk memicu produksi testosteron," jelasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 19 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 5 Oktober: Ada 20.000 Gems dan Pemain 110-113
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
- 3 Shio Paling Beruntung Pekan Kedua 6-12 Oktober 2025
- Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Kota Makassar Bulan Oktober 2025
Pilihan
-
Pihak Israel Klaim Kantongi Janji Pejabat Kemenpora untuk Datang ke Jakarta
-
Siapa Artem Dolgopyat? Pemimpin Atlet Israel yang Bakal Geruduk Jakarta
-
Seruan Menggetarkan Patrick Kluivert Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
-
Perbandingan Spesifikasi vivo V60 Lite 4G vs vivo V60 Lite 5G, Kenali Apa Bedanya!
-
Dana Transfer Dipangkas, Gubernur Sumbar Minta Pusat Ambil Alih Gaji ASN Daerah Rp373 T!
Terkini
-
Mulai Usia Berapa Anak Boleh Pakai Behel? Ria Ricis Bantah Kabar Moana Pasang Kawat Gigi
-
Varises Mengganggu Penampilan dan Kesehatan? Jangan Panik! Ini Panduan Lengkap Mengatasinya
-
Rahasia Awet Muda Dibongkar! Dokter Indonesia Bakal Kuasai Teknologi Stem Cell Quantum
-
Belajar dari Kasus Ameena, Apakah Permen Bisa Membuat Anak Sering Tantrum?
-
Bukan Sekadar Gadget: Keseimbangan Nutrisi, Gerak, dan Emosi Jadi Kunci Bekal Sehat Generasi Alpha
-
Gerakan Kaku Mariah Carey saat Konser di Sentul Jadi Sorotan, Benarkah karena Sakit Fibromyalgia?
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya