Suara.com - Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof. Zubairi Djoerban ungkap berapa lama virus SARS CoV 2 hilang dan mati di tubuh.
Covid-19 adalah penyakit yang disebabkan virus SARS CoV 2, dan sifatnya self limiting disease atau bisa hilang dengan sendirinya.
Menurut Prof. Zubairi, rata-rata virus SARS CoV 2 akan hilang di tubuh dalam waktu 2 minggu, setelahnya ia mati dan tidak tersisa di tubuh.
"Habis dan selesai. Tidak ada lagi virusnya. Tapi pada pasien yang di ICU, virus bisa bertahan sebulan. Setelah itu hilang," ujar Prof. Zubairi cuitannya di Twitter dikutip suara.com, Jumat (4/3/2022).
Seperti diketahui, pasien Covid-19 yang harus dirawat di ICU, menandakan virus sudah menginfeksi beberapa organ di tubuh, sehingga lebih sulit hilang karena jumlahnya lebih banyak, dan kekebalan tubuh sedang melemah.
Lantaran karena selama virus hidup menyebabkan kerusakan di tubuh, hasilnya pasien Covid-19 merasa virusnya masih ada di tubuh. Padahal yang menyebabkan gejala Covid-19 masih ada atau long Covid-19, bukanlah virus.
"Ternyata penyebab keluhan-keluhan itu bukan virusnya langsung. Ada beberapa teori. Misalnya timbul reaksi autoimun. Virus ini memacu kekebalan tubuh untuk salah bekerja," jelas Prof. Zubairi.
Selain itu, gejala long Covid-19 bisa sangat lama berlangsung bahkan hampir satu bulan, bisa disebabkan SARS CoV 2 yang mengaktifkan virus lain yang juga masuk ke tubuh.
Ini karena bukan tidak mungkin virus SARS CoV 2 masuk ke tubuh bersamaan dengan virus lain.
Baca Juga: Hits Health: Banyak Pasien Covid-19 Tidak Sadar Terinfeksi Virus Corona, Syarat Bisa Mudik 2022
"Seperti Epstein–Barr (EBV). Aktivasi Epstein–Barr (EBV) ini menyebabkan gejala-gejala pada penyintas. Dan, mungkin sekali SARS-CoV-2 juga membuat reaksi inflamasi yang kemudian berlanjut," papar Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) itu.
EBV adalah virus yang sangat umum menyerang manusia dan ditularkan melalui air liur. Virus ini paling dikenal sebagai penyebab infeksi mononukleosis.
Infeksi penyakit ini ditunjukkan dengan gejala demam, sakit tenggorokan, dan radang kelenjar getah bening di leher.
EBV bisa menyebabkan berbagai penyakit seperti lupus eritematosus sistemik, multiple sclerosis, rheumatoid arthritis (rematik), artritis idiopatik juvenil, penyakit radang usus (IBD), penyakit celiac, dan diabetes tipe 1.
Berita Terkait
Terpopuler
- 3 Fakta Menarik Skuad Timnas Indonesia Jelang Duel Panas Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- 15 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 27 September 2025, Kesempatan Raih Pemain OVR 109-113
- 30 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 28 September: Raih Hadiah Prime Icon, Skill Boost dan Gems Gratis
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
Pilihan
-
Pilih Gabung Klub Antah Berantah, Persis Solo Kena Tipu Eks Gelandang Persib?
-
Tema dan Pedoman Peringatan Hari Kesaktian Pancasila 2025
-
Emas Antam Tembus Level Tertinggi Lagi, Hari Ini Dibanderol Rp 2.234.000 per Gram
-
Tata Cara Menaikkan Bendera Setengah Tiang dan Menurunkan Secara Resmi
-
Harga Emas Hari Ini: UBS dan Galeri 24 Naik, Emas Antam Sudah Tembus Rp 2.322.000
Terkini
-
Risiko Serangan Jantung Tak Pandang Usia, Pentingnya Layanan Terpadu untuk Selamatkan Nyawa
-
Bijak Garam: Cara Sederhana Cegah Hipertensi dan Penyakit Degeneratif
-
HD Theranova: Terobosan Cuci Darah yang Tingkatkan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal
-
Stres Hilang, Jantung Sehat, Komunitas Solid: Ini Kekuatan Fun Run yang Wajib Kamu Coba!
-
Jantung Sehat di Usia Muda: 5 Kebiasaan yang Wajib Kamu Tahu!
-
Infeksi Silang di Rumah Sakit? Linen Medis Antivirus Ini Jadi Solusi!
-
Golden Period Jadi Kunci, RS Ini Siapkan Layanan Cepat Tangani Stroke
-
Nada Tarina Pamer Bekas Jahitan Operasi, Kenapa Skoliosis Lebih Rentan pada Wanita?
-
Apa Itu Tylenol: Obat yang Diklaim Donald Trump Bisa Bikin Autis
-
Mengenal Osteosarcoma, Kanker Tulang Ganas yang Mengancam Nyawa Anak dan Remaja