Suara.com - Awal januari 2022, ilmuwan di Siprus melaporkan bahwa mereka telah menemukan varian baru SARS-CoV-2. Varian yang dikenal dengan bernama Deltacron, merupakan hibrida dari Delta dan Omicron.
Pimpinan penelitian itu, Dr. Leondios Kostrikis, seorang profesor Ilmu Biologi di Universitas Siprus, mengatakan bahwa varian Deltacron memiliki genom mirip Delta dengan karakteristik Omicron.
Tim menyatakan bahwa Deltacron telah diidentifikasi pada 25 individu - beberapa dirawat di rumah sakit dan beberapa di masyarakat. Lantas pertanyaannya kemudian, dari mana asa-usul Deltacorn? Benarkah varian Deltacron berasal dari kontaminasi di laboratorium.
Dilansir dari Medical News Today, Dr. Jeffrey Barrett, Direktur Inisiatif Genomik COVID-19 di Wellcome Sanger Institute di Inggris, percaya bahwa temuan ini disebabkan oleh kesalahan laboratorium.
“Ini hampir pasti bukan rekombinan biologis dari garis keturunan Delta dan Omicron,” katanya. “Mutasi Omicron yang nyata terletak tepat dan eksklusif di bagian urutan yang mengkode gen lonjakan (asam amino 51 hingga 143) yang dipengaruhi oleh artefak teknologi dalam prosedur pengurutan tertentu.”
Menulis di Twitter, Dr. Tom Peacock, seorang ahli virologi di Imperial College London di Inggris, juga menolak temuan tersebut, dengan mengatakan bahwa “urutan ‘Deltacron’ Siprus yang dilaporkan oleh beberapa media besar terlihat jelas merupakan kontaminasi.”
Dalam tweet terpisah, ia tetap mengklarifikasi bahwa ini bukan karena praktik lab yang buruk, dengan menyatakan bahwa itu "terjadi pada setiap lab pengurutan sesekali."
Bukti evolusi tampaknya mendukung komentar mereka. Beberapa ahli telah menyatakan bahwa jika Deltacron benar-benar varian rekombinan baru, sampel akan mengelompok pada cabang yang sama dari pohon filogenetik SARS-CoV-2.
Namun, Deltacron muncul secara acak di beberapa cabang, yang menurut para ahli merupakan tanda pasti kontaminasi.
Baca Juga: Muncul Varian Deltacron di Negara Eropa, Begini Tanggapan Kemenkes RI
Namun, Dr. Kostrikis mempertahankan temuannya. Dia menegaskan bahwa karena tingkat infeksi Deltacron lebih tinggi pada pasien rawat inap daripada individu yang tidak dirawat di rumah sakit, hipotesis kontaminasi lebih kecil kemungkinannya.
Selain itu, sampel yang diidentifikasi sebagai Deltacron diproses dalam beberapa prosedur pengurutan di lebih dari satu negara, mengurangi kemungkinan kesalahan laboratorium, katanya.
Tim Siprus sejak itu melaporkan 52 kasus Deltacron lainnya ke Surat Siprus. Menteri Kesehatan Siprus juga membela temuan tersebut, dengan mengatakan bahwa penelitian inovatif membuatnya “bangga dengan ilmuwan kami.”
Sementara banyak ahli telah menolak klaim bahwa Deltacron adalah varian hibrida baru, yang lain bersedia menunggu lebih banyak bukti.
Berbicara kepada Medical News Today, Dr. William Schaffner, seorang profesor penyakit menular di Vanderbilt University Medical Center, Nashville, TN, berkomentar bahwa “penyelidikan epidemiologi lokal lebih lanjut di Siprus diperlukan untuk menyelesaikan masalah ini. Dunia pasti sedang menonton.”
“Deltacron telah menarik banyak minat dalam komunitas ilmiah COVID. Apakah itu memang varian baru yang muncul sebagai hasil kombinasi virus Delta dan Omicron dari infeksi simultan pada manusia atau apakah itu terjadi karena kecelakaan laboratorium masih harus ditentukan.” kata Dr. William Schaffner.
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 HP RAM 8 GB Paling Murah dengan Spesifikasi Gaming, Mulai Rp1 Jutaan
- 5 Tablet Snapdragon Mulai Rp1 Jutaan, Cocok untuk Pekerja Kantoran
- 7 Rekomendasi Sepatu Jalan Kaki Terbaik Budget Pekerja yang Naik Kendaraan Umum
- 7 Rekomendasi Body Lotion dengan SPF 50 untuk Usia 40 Tahun ke Atas
- 7 Pilihan Sepatu Lokal Selevel Hoka untuk Lari dan Bergaya, Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
-
Rolas Sitinjak: Kriminalisasi Busuk dalam Kasus Tambang Ilegal PT Position, Polisi Pun Jadi Korban
-
Menkeu Purbaya Ungkap Ada K/L yang Balikin Duit Rp3,5 T Gara-Gara Tak Sanggup Belanja!
-
Vinfast Serius Garap Pasar Indonesia, Ini Strategi di Tengah Gempuran Mobil China
-
Minta Restu Merger, GoTo dan Grab Tawarkan 'Saham Emas' ke Danantara
Terkini
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia
-
Vape Bukan Alternatif Aman: Ahli Ungkap Risiko Tersembunyi yang Mengintai Paru-Paru Anda
-
Kesehatan Perempuan dan Bayi jadi Kunci Masa Depan yang Lebih Terjamin
-
8 Olahraga yang Efektif Menurunkan Berat Badan, Tubuh Jadi Lebih Bugar