Suara.com - Michaela McKenna (33) dari Speke, Inggris, menderita sakit parah selama 17 tahun tanpa mengetahui nama penyakitnya.
Banyak dokter salah menilai kondisinya dan tidak menganggap serius penyakitnya. Hingga akhirnya ia didiagnosis menderita endometriosis.
Endometriosis merupakan kondisi ketika jaringan dari lapisan dinding rahim (endometrium) tumbuh di luar rahim, misalnya di ovarium atau saluran tuba.
Michaela pertama kali mengalami gejala ketika ia berusia 15 tahun. Saat itu ia merasakan menstruasi yang sangat menyakitkan dan pendarahan hebat.
Bertahun-tahun setelahnya pun kondisinya sama. Bahkan ia harus dilarikan ke UGD karena mengeluarkan gumpalan darah besar dan pendarahan parah saat menstruasi.
Saat itu ia hanya diberi obat penghilang rasa sakit, lapor Daily Record.
"Aku masih remaja, jadi aku pikir mereka tahu kondisiku secara lebih baik, mereka dokter. Karena aku tidak tahu apa-apa, aku pikir itu normal," jelas Michaela.
Selama bertahun-tahun Michaela menuruti saran dokter, dari minum pil kontrasepsi dan memasang implan. Tetapi ia tetap menderita efek sampingnya.
Sempat suatu hari dokter menemukan kista di ovarium. Ia pun memastikan apakah dirinya menderita endometriosis karena mengalami gejala lainnya, seperti kelelahan, migrain, kabut otak, nyeri panggul, nyeri haid, nyeri saat berhubungan seks, nyeri saat buang air besar dan kecil.
Baca Juga: Wanita Harus Tahu, 4 Penyebab Badan Lemas saat Menstruasi
Michaela juga kesulitan hamil ketika ia sudah berusaha menjalani program hamil.
Meski kondisinya sudah seperti itu, dokter tetap menolak prosedur laparoskopi terhadap Michaela, operasi lubang kunci dan cara paling umum untuk mendiagnosis serta menemukan endometriosis.
Seorang konsultan di Rumah Sakit Wanita Liverpool akhirnya menawari Michaela prosedur histeroskopi, yang menggunakan teleskop sempit dengan cahaya dn kamera untuk memeriksa bagian dalam rahim.
Memahami perjuangan Michaela untuk mendapatkan bantuan, mereka setuju untuk melakukan laparoskopi pada April 2021.
Setelah diperiksa, dokter menemukan bahwa kondisinya telah menyebar ke hati, usus, dan kandung kemihnya.
Meski tidak ada obat untuk endometriosis, Michaela berusaha memahami tubuhnya dan mengubah pola makannya untuk menghindari daging merah yang dapat meningkatkan risiko.
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis