Suara.com - Wacana perubahan pandemi COVID-19 menjadi endemi semakin santer terdengar di Indonesia. Padahal menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pandemi belum akan selesai dalam waktu dekat.
Juru bicara WHO Margaret Harris mengatakan lonjakan kasus dalam data mingguan terbaru WHO masih menunjukkan tren kenaikan.
Badan kesehatan PBB itu pernah mengatakan bahwa fase akut pandemi dapat berakhir tahun ini, namun hal itu tergantung pada seberapa cepat tercapainya target vaksinasi 70 persen populasi di setiap negara, yang menjadi salah satu faktornya.
Ditanya saat konferensi pers di Jenewa tentang kapan pandemi berakhir, Harris mengatakan masih lama.
"Yang pasti kami berada di tengah pandemi," katanya dikutip dari ANTARA.
Kasus COVID-19 di seluruh dunia mulai meningkat pekan lalu setelah lebih dari sebulan mengalami penurunan, menurut WHO.
Di Asia diberlakukan penguncian COVID-19. Sementara, di provinsi Jilin di China sedang berjuang menekan wabah.
WHO mengatakan berbagai faktor menyebabkan lonjakan, termasuk varian Omicron yang sangat menular beserta sub-variannya BA.2 dan penghapusan aturan sosial dan kesehatan masyarakat.
Secara terpisah, Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) prof. Zubairi Djurban mengatakan meski pandemi berpotensi menjadi endemi, elum tentu situasi menjadi aman dan wabah virus corona betakhir.
"Apakah kalau sudah endemi maka selesai? Mohon diingat, ada kemungkinan selesai, ada kemungkinan tidak," kata prof Zubairi ditemui di kantor pusat PB IDI, Jakarta, Kamis (17/3/2022).
Menurut prof. Zubairi, Indonesia sebenarnya bisa saja telah mencapai endemi Covid-19 pada Desember 2021. Karena saat itu, jumlah kasus positif harian telah turun drastis hanya 300 per hari.
"Bahkan kematian banyak hari hanya nol. Kalau waktu itu kita terapkan, kita yakin pasti sudah endemi," ucapnya.
Berita Terkait
-
Suho EXO Bahas Patah Hati dan Perpisahan di Lagu Solo Terbaru 'Who Are You'
-
The Spy Who Dumped Me: Ketika Mila Kunis Jadi Mata-Mata Dadakan, Malam Ini di Trans TV
-
Resistensi Antimikroba Ancam Pasien, Penggunaan Antibiotik Harus Lebih Cerdas
-
Ulasan Novel The Woman Who Met Herself: Sebuah Identitas dan Penyesalan
-
Ulasan Buku A Man Who Kept Stars ini His Eyes, Kisah Pemuda Bermata Bintang
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Main di Luar Lebih Asyik, Taman Bermain Baru Jadi Tempat Favorit Anak dan Keluarga
-
Dari Donor Kadaver hingga Teknologi Robotik, Masa Depan Transplantasi Ginjal di Indonesia
-
Banyak Studi Sebut Paparan BPA Bisa Timbulkan Berbagai Penyakit, Ini Buktinya
-
Rahasia Hidup Sehat di Era Digital: Intip Inovasi Medis yang Bikin Umur Makin Panjang
-
Pentingnya Cek Gula Darah Mandiri: Ini Merek Terbaik yang Banyak Dipilih!
-
Prestasi Internasional Siloam Hospitals: Masuk Peringkat Perusahaan Paling Tepercaya Dunia 2025
-
Anak Bentol Setelah Makan Telur? Awas Alergi! Kenali Gejala dan Perbedaan Alergi Makanan
-
Alergi Makanan Anak: Kapan Harus Khawatir? Panduan Lengkap dari Dokter
-
Pijat Bukan Sekadar Relaksasi: Cara Alami Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental
-
3.289 Kasus Baru Setiap Tahun: Mengenal Multiple Myeloma Lebih Dekat Sebelum Terlambat