Suara.com - Tekanan darah tinggi adalah penyebab utama stroke, yang bisa mengubah semua indra, termasuk indra penciuman dan perasa.
Tapi, ada bukti bahwa perubahan indra penciuman bisa terjadi sebelum serangan stroke. Menurut penelitian, perubahan indra penciuman ini lebih sering terjadi pada orang dengan tekanan darah tinggi daripada mereka yang tidak memiliki masalah kesehatan tersebut.
Perubahan indra penciuman ini mungkin terjadi dalam bentuk persepsi bau. Perubahan persepsi bau terjadi ketika seseorang mencium sesuatu yang tidak ada wujudnya atau tidak nyata.
Hal ini biasanya terjadi bila seseorang telah mengalami kerusakan pada lobus temporal di otak atau telah menderita beberapa bentuk trauma kepala.
"Perubahan persepsi bau adalah gangguan penciuman di mana individu merasakan keteraturan tanpa adanya stimulus," kata platform kesehatan JAMA dikutip dari Express.
Orang dengan perubahan persepsi bau mungkin memiliki ketidakseimbangan sinyal saraf yang memungkinkan penciuman yang tidak masuk akal mencapai sistem saraf pusat.
Penyebab kondisi ini masih belum diketahui, tetapi sering terjadi bersamaan dengan kondisi medis lain yang mendasarinya.
Orang dengan diabetes, kolesterol tinggi dan tekanan darah tinggi mungkin memiliki risiko lebih tinggi mengalami perubahan persepsi bau.
Studi tahun 2020 yang diterbitkan dalam jurnal Laryngoscope, menemukan bahwa stroke dikaitkan dengan risiko perubahan persepsi bau sebesar 76 persen.
Baca Juga: Sariawan Pevita Pearce Tak Kunjung Sembuh, Waspadai Risiko Komplikasinya!
Orang dewasa dengan kolesterol tinggi yang didiagnosis, tetapi terkontrol, melaporkan perubahan persepsi bau lebih sering daripada mereka yang tidak memiliki kolesterol tinggi.
Para peneliti juga menemukan bahwa orang dewasa dengan tekanan darah tinggi yang didiagnosis tetapi terkontrol melaporkan perubahan persepsi bau lebih sering daripada mereka yang tidak memiliki tekanan darah tinggi.
"Kami mengamati risiko 3 kali lebih besar untuk perubahan persepsi bau pada orang dewasa usia 60 tahun dan lebih tua dengan diabetes. Tapi, itu hanya di antara mereka yang menggunakan insulin dan obat oral," kata peneliti.
Berita Terkait
Terpopuler
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
- 7 Sepatu Murah Lokal Buat Jogging Mulai Rp100 Ribuan, Ada Pilihan Dokter Tirta
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
Pilihan
-
Cek di Sini Jadwal Lengkap Pengumuman BI-Rate Tahun 2026
-
Seluruh Gubernur Wajib Umumkan Kenaikan UMP 2026 Hari Ini
-
Indosat Gandeng Arsari dan Northstar Bangun FiberCo Independent, Dana Rp14,6 Triliun Dikucurkan!
-
Kredit Nganggur Tembus Rp2,509 Triliun, Ini Penyebabnya
-
Uang Beredar Tembus Rp9891,6 Triliun per November 2025, Ini Faktornya
Terkini
-
Ketika Anak Muda Jadi Garda Depan Pencegahan Penyakit Tak Menular
-
GTM pada Anak Tak Boleh Dianggap Sepele, Ini Langkah Orang Tua untuk Membantu Nafsu Makan
-
Waspada! Pria Alami Sperma Kosong hingga Sulit Punya Buat Hati, Dokter Ungkap Sebabnya
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia