Suara.com - Tubuh memerlukan zat gizi makro agar tetap sehat. Zat gizi makro tersebut merupakan karbohidrat, protein, dan lemak.
Dari ketiganya, karbohidrat kerap kali "dimusuhi" oleh orang-orang yang sedang diet untuk menurunkan berat badan atau mengidap penyakit diabetes.
Sementara protein justru dikonsumsi berlebihan terutama oleh orang-orang yang sedang program untuk pembentukan otot.
Dokter Spesialis Gizi dr. Shiela Stefani M.Gizi, Sp.GK, AIFO-K., menekankan bahwa kedua pemahaman itu keliru.
"Mitos tentang diet itu banyak, salah satunya soal pembentukan otot. Karena pemahaman protein saja bisa membuat tubuh lebih berotot, jadi semua mengonsumsi protein yang banyak terutama daging merah. Ternyata itu mitos," kata dokter Shiela dalam webinar bersama Halodoc, Selasa (14/6/2022).
Ia menjelaskan bahwa benar kalau protein jadi sumber nutrisi pembentukan otot. Tetapi, itu saja tidak cukup walaupun sudah konsumsi protein sebanyak mungkin.
"Secara penelitian, konsumsi protein yang cukup, bukan berlebihan, bukan sebanyak-banyaknya. Itu dikombinasi dengan latihan pertahanan otot, baru bisa mengalami perubahan atau pembesaran otot. Jadi bukan makan saja, apalagi berlebihan," jelasnya.
Sementara itu, mitos mengenai karbohidrat juga kerap terjadi terutama pada kelompok orang yang mengidap diabetes.
Lantaran karbohidrat mengandung glukosa, sehingga orang mungkin khawatir kadar gula darah akan meningkat apabila mengonsumsi karbohidrat.
Baca Juga: Konsumsi Karbohidrat Berlebih yang Sebabkan Obesitas, Bukan Porsi Makan
Padahal, dokter Shiela menjelaskan bahwa karbohidrat tetap diperlukan tubuh sebagai sumber energi untuk beraktivitas.
"Pasien kencing manis masih boleh mengonsumsi karbohidrat. Tapi memang yang disarankan (karbohidrat) yang kompleks, tidak disarankan untuk mengonsumsi karbohidrat sederhana, seperti gula dan tepung," paparnya.
Pasien diabetes biasanya akan diresepkan obat penurun kadar gula darah oleh dokter.
Sehingga, apabila pasien juga tidak mengonsumsi karbohidrat sama sekali justru berisiko alami hipoglikemi atau gula darah terlalu rendah.
"Karena kalau tidak mengonsumsi karbohidrat atau mengonsumsi karbohidrat yang rendah, ditambah dengan obat-obatan yang menurunkan gula darah, maka bisa gula darahnya drop atau rendah. Itu justru bahaya, bisa sampai penurunan kesadaran," jelas dokter Shiela.
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan