Suara.com - Banyak orang seringkali terlambat ketika mendeteksi penyakit tumor otak. Hal ini karena gejala penyakit mematikan tersebut tidak sama, menyesuaikan letak tumor berada di bagian otak besar, otak kecil, atau batang otak.
“Otak besar berfungsi penglihatan, berbicara, mendengar, dan kognitif. Kalau otak kecil, itu untuk keseimbangan saat berjalan. Batang otak yang nantinya akan mengatur pernapasan, suhu, atau tekanan darah,” ujar Medical Manager PT Kalbe Farma Tbk, dr. Hastarita Lawrenti, seperti dalam keterangannya, Kamis, (16/6/2022).
Dokter Rita menjelaskan, apabila lokasi tumor berada di area otak besar, maka gejala yang dialami pasiennya ialah gangguan fungsi penglihatan, gangguan pendengaran, atau gangguan kognitif. Namun, jika lokasi tumor berada di bagian obat kecil, pasien mengalami kesulitan berjalan dengan seimbang. Jika lokasi tumor berada di sekitar batang otak, kesulitan mengatur pernapasan menjadi salah satu gejala yang dialami pasien.
Ada dua jenis tumor, yakni tumor jinak dan tumor ganas (kanker). Umumnya, jika tumor jinak sudah diangkat, maka pengobatannya sudah selesai dan kecil kemungkinan untuk tumor tersebut muncul kembali. Berbeda dengan kanker yang memiliki kemungkinan datang kembali setelah tumor ganas itu diangkat atau usai pengobatan kombinasi.
“Secara teori, sampai saat ini belum diketahui secara pasti tentang penyebab kanker dan tumor. Tapi salah satu teori menyatakan, ada perubahan materi genetik atau karena adanya infeksi karena virus atau karena adanya paparan dengan bahan-bahan yang bersifat karsinogenik dan menyebabkan perubahan pada materi genetik (mutasi DNA),” tutur dr. Rita.
Salah satu hal yang dialami pasien tumor otak adalah mual, hingga muntah. Hal itu dampak dari tumornya sendiri atau efek kemoterapi. Maka, akan sulit memenuhi asupan nutrisi pasien kanker, khususnya yang mengalami defisit makan.
Pejuang kanker yang kesulitan makan berisiko mengalami malnutrisi dan berat badan menurun drastis. Kualitas hidup pun menjadi buruk, karena dapat muncul penyakit lain, seperti infeksi dan sarkopenia (massa otot mengecil dan badan menjadi lemas).
“Pejuang kanker harus mendapatkan energi yang banyak, tetapi karena makannya susah maka akan menjadi beban tersendiri bagi mereka,” ungkap Medical General Manager Kalbe, dr. Dedyanto Henky Saputra, M.Gizi, AIFO-K.
“Upayakan makan sedikit tetapi dengan bobot kalori yang besar dan tinggi protein, selain itu juga memenuhi keragaman nutrisi dan bersumber dari jenis makanan yang segar, bukan makanan olahan atau kalengan, tidak tinggi gula, lemak trans, dan lemak jenuh,” tambahnya.
Baca Juga: Ngeri! Infeksi Covid-19 Bikin Bayi Berisiko Alami Gangguan Perkembangan Otak
Dokter Dedy menekankan, apabila nutrisi pasien belum tercukupi, pasien dapat mengonsumsi suplemen makanan. Pilihlah yang formulanya memenuhi kriteria kebutuhan kondisi kanker, seperti Nutrican.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Body Lotion di Indomaret untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Rawat Garis Penuaan
- 7 Rekomendasi Lipstik Transferproof untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp20 Ribuan
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 14 November: Ada Beckham 111, Magic Curve, dan Gems
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 6 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp2 Jutaan
Pilihan
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Terbaru Update Satgas PASTI OJK: Ada Pindar Terkenal
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
Terkini
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia
-
Vape Bukan Alternatif Aman: Ahli Ungkap Risiko Tersembunyi yang Mengintai Paru-Paru Anda