Suara.com - Kanker hingga kini masih menjadi salah satu penyakit mematikan di dunia. Sayangnya seringkali banyak masyarakat tidak tahu cara mengenalinya.
Termasuk ketika mengalami kanker kulit. Padahal kanker kulit dapat diobati, terutama jika ditemukan lebih awal, tetapi sayangnya ribuan masih meninggal setiap tahun di Inggris.
Ada berbagai bentuk kanker kulit yang umumnya termasuk dalam kategori non-melanoma dan melanoma.
Melanoma, sementara itu, didiagnosis 16.000 kali setahun, tetapi merupakan jenis paling serius yang memiliki kecenderungan untuk menyebar ke seluruh tubuh. Para ahli merekomendasikan untuk melakukan pemeriksaan rutin pada kulit mereka untuk menemukan tanda-tanda potensi penyakit kembali, atau melanoma baru muncul.
Kanker kulit non-melanoma
Kanker kulit non-melanoma mengacu pada sekelompok kanker yang berkembang secara perlahan di lapisan atas kulit. Sel-sel di epidermis (lapisan atas kulit) paling berisiko mengalami kerusakan akibat sinar matahari.
Di epidermis, sel yang paling umum disebut keratinosit.
Sel-sel terus-menerus ditumpahkan sebagai bentuk yang baru. Namun, ketika kulit terkena terlalu banyak sinar matahari, itu menyebabkan kerusakan DNA.
Seiring waktu, ini menjadi masalah. Ini menyebabkan sel-sel tumbuh secara tidak terkendali, yang mengarah ke tumor kanker.
Baca Juga: Kronologi Meninggalnya Rima Melati, Berawal dari Infeksi hingga Alami Gagal Jantung
Kanker kulit melanoma
Melanoma adalah jenis kanker kulit yang dapat menyebar ke organ lain di dalam tubuh.
Melanosit adalah sel-sel di kulit yang memberi kita warna kulit kita karena mereka menghasilkan pigmen, yang dikenal sebagai melanin.
Saat Anda duduk di bawah sinar matahari, melanosit menghasilkan lebih banyak pigmen (coklat matahari), yang menyebar ke sel-sel kulit lain untuk melindungi mereka dari sinar matahari.
Tapi melanosit juga tempat kanker dimulai. Terlalu banyak sinar UV menyebabkan kulit terbakar, dan ini merupakan tanda kerusakan DNA kulit. UV memicu perubahan pada melanosit, yang membuat materi genetik menjadi rusak dan menyebabkan pertumbuhan sel abnormal.
Orang yang mudah terbakar lebih berisiko terkena kanker kulit karena sel mereka tidak menghasilkan banyak pigmen untuk melindungi kulit mereka.
Berita Terkait
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- 7 Sunscreen yang Wudhu Friendly: Cocok untuk Muslimah Usia 30-an, Aman Dipakai Seharian
- Gugat Cerai Hamish Daud? 6 Fakta Mengejutkan di Kabar Perceraian Raisa
- Pria Protes Beli Mie Instan Sekardus Tak Ada Bumbu Cabai, Respons Indomie Bikin Ngakak!
- 19 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 23 Oktober 2025: Pemain 110-113, Gems, dan Poin Rank Up Menanti
Pilihan
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
Terkini
-
Tak Sekadar Air Putih, Ini Alasan Artesian Water Jadi Tren Kesehatan Baru
-
Vitamin C dan Kolagen: Duo Ampuh untuk Kulit Elastis dan Imunitas Optimal
-
Smart Hospital, Indonesia Mulai Produksi Tempat Tidur Rumah Sakit yang Bisa 'Baca' Kondisi Pasien
-
Tren Minuman Bernutrisi: Dari Jamu ke Collagen Drink, Inovasi Kesehatan yang Jadi Gaya Hidup Baru
-
Perawatan Komprehensif untuk Thalasemia: Dari Transfusi hingga Dukungan Psikologis
-
Indonesia Kaya Tanaman Herbal, Kenapa Produksi Obat Alami Dalam Negeri Lambat?
-
Supaya Anak Peduli Lingkungan, Begini Cara Bangun Karakter Bijak Plastik Sejak Dini
-
Kemendagri Dorong Penurunan Angka Kematian Ibu Lewat Penguatan Peran TP PKK di Daerah
-
Gaya Hidup Modern Bikin Diabetes di Usia Muda Meningkat? Ini Kata Dokter
-
Saat Kesehatan Mata Jadi Tantangan Baru, Ini Pentingnya Vision Care Terjangkau dan Berkelanjutan