Suara.com - Sudah menjadi hal umum bahwa sebuah perayaan besar, seperti hari raya atau tahun baru, pasti terdapat kembang api. Tetapi ternyata hal-hal tersebut justru menyebabkan kualitas udara memburuk.
Hal itu dibuktikan dalam studi terbaru yang dilakukan oleh Ahli Meteorologi dan Manajer Umum BreezoMeter.com, Paul Walsh.
"Jika Anda kebetulan melawan arah angin dari acara kembang api besar, itu sangat berbahaya," Walsh, dilansir New York Post.
Selain itu, kembang api juga melepaskan partikel halus yang mencakup logam berat, dan itu sangat buruk bila terhirup.
Studi ini mengambil contoh perayaan Hari Kemerdekaan Amerika Serikat pada Senin (4/7/2022). Peneliti menilai tingkat kualitas udara akan tetap berbahaya hingga sore keesokan harinya, yakni Selasa (5/7/2022).
"Tahun lalu di New York City, selama 4 Juli, tepat setelah kembang api, itu adalah kota paling tercemar ketiga di dunia," kutip Walsh dari data yang diterbitkan oleh IQAir.
Walsh menjelaskan bahwa menghirup partikel halus dapat menyebabkan dampak buruk pada kesehatan kardiovaskular atau jantung serta pernapasan, seperti asma, penurunan fungsi paru-paru, batuk, atau kesulitan bernapas.
"(Partikel halus) dapat menyebabkan kematian dini pada orang dengan penyakit jantung atau paru-paru."
Kembang api sebagian besar terbuat dari bubuk mesiu, pewarna kimia, logam, kertas dan plastik. Ketika meledak, kembang api akan melepaskan gas dan partikel halus ke udara, beserta asap, warna, dan suara.
Baca Juga: Kena Percikan Kembang Api, Ekspresi Raisa Tahan Sakit Ramai Disorot: Tetep Cantik
Beberapa gas dan partikulat mengendap kembali ke permukaan, atau diangkut oleh angin ke wilayah lain.
Tembaga, timbal, belerang, kadmium, aluminium, mangan, arsenik, debu besi, strontium, barium, antimon, dan benzena toluena hanyalah beberapa logam dan garam berbahaya yang dilepaskan kembang api.
Semua kandungan tersebut sangat buruk bagi kesehatan, terutama pernapasan.
Sebuah studi tahun 1975 yang terbit di National Library of Medicine menemukan adanya peningkatan 113 persen dalam pengobatan penyakit pernapasan setelah peluncuran kembang api.
Berita Terkait
Terpopuler
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Maarten Paes: Pertama (Kalahkan) Arab Saudi Lalu Irak, Lalu Kita Berpesta!
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
Terkini
-
Belajar dari Kasus Ameena, Apakah Permen Bisa Membuat Anak Sering Tantrum?
-
Bukan Sekadar Gadget: Keseimbangan Nutrisi, Gerak, dan Emosi Jadi Kunci Bekal Sehat Generasi Alpha
-
Gerakan Kaku Mariah Carey saat Konser di Sentul Jadi Sorotan, Benarkah karena Sakit Fibromyalgia?
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?