Suara.com - Pertanyaan tentang kapan pandemi Covid-19 berakhir kerap muncul di masyarakat. Sebuah studi dari Universitas Yale di Amerika Serikat mencoba membuat prediksinya.
Dikutip dari Medical Daily, transisi Covid-19 dari pandemi ke endemi baru akan terjadi dua tahun lagi di tahun 2024. Apa alasannya?
Dijelaskan oleh peneliti senior sekaligus dosen di Yale School Medicine, Caroline Zeiss, Covid-19 merupakan virus yang gampang bermutasi, membuat perlindungan lewat vaksin harus terus diperbarui.
"Jika hewan atau manusia sudah divaksin maupun pernah terinfeksi, risiko infeksi selanjutnya tetap ada," terangnya, dikutip dari Medical Daily.
Zeiss dan rekan-rekannya membuat model proyeksi penyebaran Covid-19 di Amerika Serikat menggunakan mencit yang disuntik virus Corona. Mencit dibagi menjadi beberapa kelompok, yakni faktor risiko tinggi, penularan lewat kontak dekat, hingga riwayat vaksinasi.
Hasil studi memperlihatkan bahwa tanpa vaksinasi, kekebalan yang dihasilkan bervariasi tergantung ketahanan tubuh. Sementara dengan vaksinasi, seluruh kelompok mendapatkan kekebalan yang lebih tinggi.
Dengan begitu, kekebalan kelompok akan lebih cepat dicapai dengan vaksinasi, di mana yang sudah vaksin bisa melindungi kelompok lainnya yang belum terinfeksi.
Endemi sendiri merupakan kondisi penyakit di mana tingkat penyebarannya berbeda-beda tergantung wilayah. Misalnya di Indonesia, Malaria merupakan penyakit endemis, sementara di Amerika Serikat tidak termasuk.
Ke depannya, para peneliti percaya Covid-19 akan menjadi penyakit musiman seperti influenza yang butuh vaksinasi rutin setiap tahun. Ia menekankan vaksinasi menjadi cara tercepat mencapai endemi Covid-19.
Baca Juga: 115.611 Wisman Kunjungi Bali Pada Mei 2022, Melonjak 98 Persen
"Masa depan terlihat baik. Memang masih ada faktor lain seperti mutasi dari luar negeri tapi harapannya endemi bisa tercapai dalam waktu dua tahun lagi," tutupnya.
Berita Terkait
-
Mengenal Program Studi Artificial Intelligence, Jalan Baru Menuju Karier Masa Depan
-
Indonesia Nomor 2 Dunia Kasus TBC, Menko PMK Minta Daerah Bertindak Seperti Pandemi!
-
Studi Banding Hemat Ala Konten Kreator: Wawancara DPR Jepang Bongkar Budaya Mundur Pejabat
-
Riset: Orang Indonesia Dengar Podcast 2-3 Kali Seminggu, Durasi hingga 1 Jam
-
Teknologi Penangkap dan Penyimpan Karbon Bakal Dipasang di PLTU Sumut, Studi Kelayakan Disusun
Terpopuler
- 10 Sunscreen untuk Flek Hitam Terlaris di Shopee yang Bisa Kamu Coba
- Lebih Murah dari Innova Zenix: 5 Mobil 7 Seater Kabin Lega Cocok untuk Liburan Keluarga Akhir Tahun
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- 7 Mobil 8 Seater Termurah untuk Keluarga, MPV hingga SUV Super Nyaman
Pilihan
-
4 HP Memori 256 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer yang Ingin Install Banyak Game
-
Disebut Menteri Berbahaya, Menkeu Purbaya Langsung Skakmat Hasan Nasbi
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
Terkini
-
Langkah Kecil, Dampak Besar: Edukasi SADARI Agar Perempuan Lebih Sadar Deteksi Dini Kanker Payudara
-
Ginjal Rusak Tanpa Gejala? Inovasi Baru Ini Bantu Deteksi Dini dengan Akurat!
-
Apotek Bisa Jadi Garda Depan Edukasi dan Deteksi Dini Stunting, Begini Perannya
-
Tak Sekadar Air Putih, Ini Alasan Artesian Water Jadi Tren Kesehatan Baru
-
Vitamin C dan Kolagen: Duo Ampuh untuk Kulit Elastis dan Imunitas Optimal
-
Smart Hospital, Indonesia Mulai Produksi Tempat Tidur Rumah Sakit yang Bisa 'Baca' Kondisi Pasien
-
Tren Minuman Bernutrisi: Dari Jamu ke Collagen Drink, Inovasi Kesehatan yang Jadi Gaya Hidup Baru
-
Perawatan Komprehensif untuk Thalasemia: Dari Transfusi hingga Dukungan Psikologis
-
Indonesia Kaya Tanaman Herbal, Kenapa Produksi Obat Alami Dalam Negeri Lambat?
-
Supaya Anak Peduli Lingkungan, Begini Cara Bangun Karakter Bijak Plastik Sejak Dini