Suara.com - Sama halnya dengan masalah kesehatan fisik, gangguan pada mental juga bisa disebabkan karena faktor internal seperti genetik dan faktor eksternal seperti lingkungan.
Dikatakan Dokter Kesehatan Jiwa - dr. Alvinia Hayulani, selain genetik, faktor internal juga bisa berupa neurotransmitter atau zat kimia di setiap otak individu serta pengalaman hidup sebelumnya.
"Faktor internal lainnya trauma, adanya pelecehan atau menyaksikan kejadian luar biasa buat diri," jelasnya dikutip dari siaran Radio Kesehatan Kementerian Kesehatan, Rabu (20/7/2022).
Sedangkan faktor eksternal masalah mental bisa dipicu akibat lingkungan sekitar, seperti keluarga, sekolah, maupun tempat bekerja.
Bagi pekerja, tekanan seperti bos yang galak, target tiap bulan yang terlalu tinggi, hingga masalah di lingkungan pertemanan, bisa jadi salah satu faktor yang memengaruhi kesehatan mental seseorang.
Gangguan tersebut bisa makin parah apabila seseorang tidak menjalani gaya hidup sehat seperti tidur tidak teratur dan kurang kurang aktivitas fisik.
"Sering menahan emosi jadi tidak tersalurkan dengan baik. Kemudian mekanisme atau pertahanan diri yang prematur. Jadi misalnya ketika ada sesuatu dia menyalahkan orang lain atau justru menyalahkan diri sendiri," paparnya.
Seseorang dengan kepribadian pencemas lebih rentan alami gangguan mental, seperti berpikir terlalu berlebihan atau overthingking. Apabila hal tersebut terus terjadi, bisa menjadi stres tersendiri.
"Sebenarnya yang dibutuhkan adalah manajemen stres, karena selama kita hidup respon stres itu akan selalu muncul. Tapi bagaimana kita memperlakukan stres itu sehingga bukan menjadi sesuatu yang buruk," pesannya.
Baca Juga: 5 Tips Menghindari Stres bagi Mahasiswa, Yuk Terapkan!
Dokter Alvinia menyarankan, cara memperlakukan stres dengan baik bisa dengan bercerita tentang apa yang dirasakan kepada orang yang dipercaya. Kemudian melakukan kegiatan yang disuka, mengembangkan hobi yang bermanfaat.
Atau bisa juga dengan menenangkan pikiran lewat relaksasi atau meningkatkan ibadah dan mendekatkan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan.
"Ternyata berbagi cerita atau berbagi perasaan dengan orang yang kita percaya itu cukup efektif untuk membantu dalam mengelola stress tersebut."
"Makanya kemarin juga waktu pandemi itu kan WHO pun menyarankan untuk tetap terhubung dengan orang sekitar. Jadi itulah pentingnya kita berbagi perasaan agar bisa memanajemen emosi," tuturnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Main di Luar Lebih Asyik, Taman Bermain Baru Jadi Tempat Favorit Anak dan Keluarga
-
Dari Donor Kadaver hingga Teknologi Robotik, Masa Depan Transplantasi Ginjal di Indonesia
-
Banyak Studi Sebut Paparan BPA Bisa Timbulkan Berbagai Penyakit, Ini Buktinya
-
Rahasia Hidup Sehat di Era Digital: Intip Inovasi Medis yang Bikin Umur Makin Panjang
-
Pentingnya Cek Gula Darah Mandiri: Ini Merek Terbaik yang Banyak Dipilih!
-
Prestasi Internasional Siloam Hospitals: Masuk Peringkat Perusahaan Paling Tepercaya Dunia 2025
-
Anak Bentol Setelah Makan Telur? Awas Alergi! Kenali Gejala dan Perbedaan Alergi Makanan
-
Alergi Makanan Anak: Kapan Harus Khawatir? Panduan Lengkap dari Dokter
-
Pijat Bukan Sekadar Relaksasi: Cara Alami Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental
-
3.289 Kasus Baru Setiap Tahun: Mengenal Multiple Myeloma Lebih Dekat Sebelum Terlambat