Suara.com - Sebagian besar orang lebih familiar dengan diabetes tipe 1 dan tipe 2, dan belum pernah mendengar istilah diabetes tipe 3. Apa yang membedakan diabetes tipe 3 dengan yang lainnya?
Sebenarnya, diabetes tipe 3 bulan kondisi kesehatan yang diakui secara resmi dalam dunia medis dan bukan sesuatu yang digunakan dokter untuk tujuan diagnostik.
Dua ahli, yakni Suzanne de la Monte dan Jack Wands dari Brown University pernah mengajukan proposal agar penyakit Alzheimer dapat disebut diabetes tipe 3 karena berkaitan dengan resistensi insulin, yang mana penyebab utama penyakit diabetes.
Sebab, resistensi insulin dan penurunan sinyal insulin di otak diduga berperan dalam perkembangan penyakit Alzheimer. Terlebih, risiko terkena penyakit Alzheimer lebih tinggi pada mereka yang menderita diabetes tipe 2.
"Beberapa ilmuwan berhipotesis bahwa disregulasi insulin di otak menyebabkan demensia dan menggunakan diabetes tipe 3 sebagai istilah untuk menggambarkan penyakit Alzheimer, kondisi neurologis progresif yang merupakan penyebab paling umum dari demensia," kata direktur medis di Concepto Diagnostics, Tariq Mahmood, dilansir Live Science.
Meski diabetes tipe 3 bukanlah diagnosis resmi, dokter masih bisa mendiagnosis Alzheimer. Artinya, gejala dari diabetes tipe 3 sama dengan penyakit demensia tersebut.
"Masalah memori kecil biasanya merupakan tanda pertama. Gejala yang lebih spesifik dapat mencakup kebingungan, kesulitan merencanakan, disorientasi, tersesat, dan perubahan kepribadian," sambung Mahmood, dilansir Live Science.
Gejala awal hingga sedang Alzheimer meliputi:
- Hilang ingatan
- Kebingungan
- Agitasi atau kecemasan
- Masalah dengan membaca, menulis, angka
- Kesulitan mengenali keluarga dan teman
- Pikiran yang tidak teratur
- Kurangnya kontrol impuls
Gejala-gejala ini biasanya berkembang ke titik di mana pasien tidak dapat menelan, kehilangan kontrol usus dan akhirnya meninggal.
Baca Juga: Pakai Alat Masak Aluminium Bisa Tingkatkan Risiko Alzheimer, Ini Sebabnya!
Seringkali penderita Alzheimer meninggal karena pneumonia aspirasi. Ini berkembang ketika makanan atau cairan masuk ke paru-paru alih-alih udara karena masalah menelan.
Berita Terkait
Terpopuler
- Sama-sama dari Australia, Apa Perbedaan Ijazah Gibran dengan Anak Dosen IPB?
- Bawa Bukti, Roy Suryo Sambangi Kemendikdasmen: Ijazah Gibran Tak Sah, Jabatan Wapres Bisa Gugur
- Lihat Permainan Rizky Ridho, Bintang Arsenal Jurrien Timber: Dia Bagus!
- Ousmane Dembele Raih Ballon dOr 2025, Siapa Sosok Istri yang Selalu Mendampinginya?
- Jadwal Big 4 Tim ASEAN di Oktober, Timnas Indonesia Beda Sendiri
Pilihan
-
Penyebab Rupiah Loyo Hingga ke Level Rp 16.700 per USD
-
Kapan Timnas Indonesia OTW ke Arab Saudi? Catat Jadwalnya
-
Danantara Buka Kartu, Calon Direktur Keuangan Garuda dari Singapore Airlines?
-
Jor-joran Bangun Jalan Tol, Buat Operator Buntung: Pendapatan Seret, Pemeliharaan Terancam
-
Kerugian Garuda Indonesia Terbang Tinggi, Bengkak Rp2,42 Triliun
Terkini
-
Apa Itu Tylenol: Obat yang Diklaim Donald Trump Bisa Bikin Autis
-
Mengenal Osteosarcoma, Kanker Tulang Ganas yang Mengancam Nyawa Anak dan Remaja
-
Viral Guyonan Lelaki Manja saat Sakit, Dokter Saraf Bongkar Fakta Toleransi Nyeri
-
Bukan Cuma Pekerja, Ternyata Orang Tua juga Bisa Burnout karena Masalah Membesarkan Anak
-
Benarkah Diet Keto Berisiko untuk Kesehatan? Ini Jawaban Ahli
-
Tren Mengkhawatirkan! Mengapa Kasus Kanker pada Anak Muda Meningkat?
-
Gaya Hidup Higienis: Kebiasaan Kecil yang Berdampak Besar bagi Tubuh
-
Mengenal Penyakit Lyme yang Diderita Bella Hadid: Bagaimana Perawatannya?
-
Terapi Imunologi Sel: Inovasi Perawatan Kesehatan untuk Berbagai Penyakit Kronis
-
72% Sikat Gigi Dua Kali Sehari, Kok Gigi Orang Indonesia Masih Bermasalah? Ini Kata Dokter!